JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menargetkan untuk menjadikan Indonesia sebagai regional carbon storage. Ini didukung oleh besarnya potensi storage dalam kapasitas besar yang siap untuk dimonetisasi.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengungkapkan saat ini Pertamina menggandeng dua perusahaan besar untuk menggarap Carbon Capture Utlizationi and Storage (CCUS) yakni bersama dengan ExxonMobil dan Chevron.

Menurut dia secara potensi, Indonesia diyakini mempunyai kapasitas carbon storage mencapai 400 giga ton CO2. “Indonesia potensinya mencapai 400 giga ton. Kita targetkan indonesia menjadi regional carbon storage,” ungkap Nicke, dalam Research & Technology Innovation Day, Kamis (22/6).

Kerjasama CCUS bersama Exxon akan digarap di Sunda Basin, sementara bersama Chevron akan digarap potensi carbon storage di East Kalimantan basin.

Oki Muraza, SVP Research & Technology Innovation Pertamina, menyatakan ada ada dua target yang harus dicapai untuk mengimplementasikan CCUS yakni secara teknikal dan secara regulasi.

“Kita ada empat kebutuhan, yakni pertama infrastruktur jadi kita bisa mendaptkan CO2 bagaimana menaikknya purity-nya karena harus di atas 98% sehingga bisa diinjeksikan ke perut bumi,” kata Oki.

Setelah infrastuktur, dibutuhkan investasi yang diyakini jumlahnya juga tidak sedikit. Ini disebabkan oleh kebutuhan penggunaan berbagai infrastruktur yang juga khusus. “Butuh investasi, sumur khusus, pipa juga khusus,” ujar Oki.

Selanjutnya menurut dia yang menjadi pekerjaan Pertamina yang harus dipenuhi adalah dari sisi teknologi. Untuk itu Pertamina menggandeng nama-nama besar seperti Exxon dan Chevron. Selanjutnya adalah kebutuhan akan regulasi. “Kita masih butuh regulasi, ini sedang berjalan dengan pemerintah,” ungkap Oki. (RI)