NEW YORK- Harga minyak mentah di pasar global jatuh sekitar 2% pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis (14/5) pagi WIB setelah sehari sebelumnya mencatat kenaikan. Pidato Ketua Federal Reserve (Fed) AS Jerome Powell yang memperingatkan bahwa ekonomi akan membutuhkan waktu beberapa bulan untuk pulih dari pandemi Virus Corona memicu kekhawatiran permintaan minyak.
Kantor berita Reuters melaporkan, patokan global, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli, turun US$79 sen atau 2,6% menjadi menetap pada US$29,19 per barel. Sementara itu patokan AS, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Juni, turun US$49 sen atau 1,9% menjadi ditutup pada US$25,29 per barel.
Minyak telah reli di tengah optimisme bahwa permintaan bahan bakar yang merosot akan pulih, sementara produsen telah memangkas produksi untuk memotong kelebihan pasokan yang meningkat selama pandemi.
Tetapi minyak mentah turun bersama dengan aset berisiko lainnya seperti saham pada Rabu (13/5) karena pemerintah memberi sinyal bahwa rebound mungkin hanya akan berlangsung beberapa saat.
Ketua Fed Jerome Powell memberikan penilaian serius ekonomi AS dan memperbarui skeptisisme suku bunga negatifnya.
“Hanya ada awan gelap karena itu,” kata Direktur Berjangka Energi Mizuho, Bob Yawger di New York. “Itu adalah pidato yang negatif sehingga bahkan menghilangkan apa yang dengan mudah merupakan laporan (persediaan minyak AS) yang paling bullish sejak Januari,” katanya.
Stok minyak mentah AS turun 745.000 barel pekan lalu, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan 4,1 juta barel.
Stok di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, turun tiga juta barel, kata EIA, mengisi titik pengiriman untuk WTI ke lebih dari 80% kapasitas karena produsen menemukan diri mereka dengan lebih sedikit tempat untuk menyimpan minyak.
“Ketakutan mulai merebak bahwa pelonggaran tindakan penguncian akan memicu gelombang kedua infeksi Virus Corona,” kata Stephen Brennoc di perusahaan pialang minyak PVM.
Pada Selasa (12/5) pakar penyakit menular AS Anthony Fauci mengatakan kepada Kongres bahwa pelonggaran kuncian dapat memicu wabah baru penyakit COVID-19 yang telah menewaskan 80.000 orang Amerika dan menghantam ekonomi terbesar dunia itu.
Wabah baru telah dilaporkan di Korea Selatan dan China, di mana krisis kesehatan dimulai sebelum menyebar ke seluruh dunia, mendorong pemerintah untuk mengunci miliaran orang, menghancurkan permintaan bahan bakar.
EIA sekarang memperkirakan permintaan minyak dunia turun 8,1 juta barel per hari (bph) tahun ini menjadi 92,6 juta bph, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya untuk penurunan 5,2 juta barel per hari.
Unit statistik Departemen Energi AS itu memperkirakan produksi AS turun sebesar 540.000 barel per hari, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya 470.000 barel per hari. EIA memperkirakan produksi global 11,7 juta barel per hari tahun ini dan 10,9 juta barel per hari pada 2021.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga memangkas perkiraan permintaan minyak dunia, sekarang memperkirakan akan berkontraksi sebesar 9,07 juta barel per hari tahun ini. Bulan lalu, OPEC memperkirakan kontraksi 6,85 juta barel per hari.
OPEC dan produsen lain termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, ingin mempertahankan pemotongan yang ada setelah Juni, ketika bertemu berikutnya di Wina, sumber mengatakan kepada Reuters.
OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari pada Mei dan Juni serta menurunkan kembali potongan menjadi 7,7 juta barel per hari untuk sisa tahun ini.
Kabinet Arab Saudi telah mendesak negara-negara OPEC+ untuk mengurangi produksi lebih lanjut, kantor berita negara itu melaporkan.
Riyadh mengatakan akan menambah pemotongan yang direncanakan dengan mengurangi produksi satu juta barel per hari lebih lanjut bulan depan sehingga produksi turun menjadi 7,5 juta barel per hari. (RA)
Komentar Terbaru