YOGYAKARTA– Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) memberikan apresiasi terhadap usaha dan pencapaian Pertamina EP dalam mendukung ketahanan energi nasional. Apalagi Pertamina EP konsisten dalam upaya meningkatkan produksi migas.

Enhanced Oil Recovery atau EOR adalah salah satu langkah strategi untuk meningkatkan produksi, lapangan di Pertamina EP pun menjadi prioritas program EOR,” ujar Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas saat berbicara pada media gathering nasional PT Pertamina EP di Yogyakarta.

PT Pertamina EP, anak perusahaan PT Pertamina (Persero) sekaligus Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di bawah pengawasan SKK Migas, menggelar media gathering nasional dengan mengundang para media dari penjuru Tanah Air di Yogyakarta (18-20/12).

Hadir secara langsung untuk membuka pagelaran acara President Director Pertamina EP Nanang Abdul Manaf, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher, VP Legal & Relation Pertamina EP Edy Sunaedy, dan Pertamina EP Asset 4 General Manager Agus Amperianto.

Mengusung tema Move on Faster, kegiatan media gathering 2019 diisi dengan pemberian materi seputar kinerja Pertamina EP (PEP) hingga November 2019 dan kegiatan industri Hulu Migas di Indonesia.

Peserta media gathering nasional Pertamina EP berfose bersama di Hotel Tentrem, Yogyakarta (foto: Wahyu Budi Setyawan/pertamina ep).

Dalam paparannya, Nanang menjelaskan mengenai pencapaian produksi minyak sebesar 82.396 BOPD dan gas sebesar 957 MMSCFD. Dari sisi finansial, PEP mencatatkan pendapatan sebesar US$ 2,7 miliar dan laba sebesar US$ 604 juta (tidak diaudit).

“Kinerja keuangan tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga minyak dan nilai kurs. Harga ICP (Indonesia Crude Price) tahun ini berkisar US$61-63 per barel, sedangkan pada tahun lalu mencapai USD 70-an per barel,” ungkap Nanang.

Tak sampai di situ diskusi panel dilanjutkan dengan narasumber Ketua Komisi Hubungan antar Lembaga & Luar Negeri Dewan Pers Agus Sudibyo yang memaparkan mengenai Good Journalism dan Asisten Juru Bicara & Staf Khusus Kepresidenan Alois Wisnuhardana.

Agus menerangkan materi mengenai Good Journalism dimana dijelaskan bahwa kebebasan pers tidak berdiri sendiri dan harus memperhatikan dampak pemberitaan terhadap kepentingan publik. Paparan dilanjutkan oleh Alois yang menjelaskan mengenai perubahan media di era digital.

Rangkaian acara yang dikemas dalam bentuk diskusi panel mendapat respons cukup positif bagi para awak media dengan melakukan tanya jawab pada sesi penutup. (DR)