JAKARTA – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM/ITMG), perusahaan multi-energi Indonesia, pada periode tahun 2024 mencatatkan total volume produksi sebesar 20,2 juta ton, atau meningkat 20% dari tahun sebelumnya. Kinerja positif pada volume produksi juga diikuti oleh total volume penjualan yang mencapai 24,0 juta ton, atau naik sebesar 15%.
Yulius Gozali, Direktur ITM, menyebut efektivitas operasional menjadi salah satu faktor tercapainya kinerja positif Perusahaan. “Di tengah normalisasi harga batubara yang berdampak pada penurunan harga jual rata-rata sebesar 16%, ITM membukukan pendapatan sebesar US$2.304 juta di tahun 2024, atau turun sebesar 3% dari tahun sebelumnya. Laba kotor Perusahaan tercatat sebesar US$ 699 juta dan marjin laba kotor sebesar 30%. Sementara itu, laba bersih Perusahaan pada periode tahun 2024 tercatat sebesar US$ 376 juta,” ujarnya, saat jumpa pers di Jakarta, Senin(3/3/2025).
Dengan penerapan manajemen kas secara hati-hati serta manajemen biaya yang ketat, ITM mempertahankan neraca yang sehat. Pada akhir Desember 2024, total aset Perusahaan tercatat sebesar US$ 2.407 juta, naik sebesar 10% year-on-year, dengan total ekuitas sebesar US$ 1.934 juta.
Posisi kas dan setara pada periode akhir Desember 2024 tercatat sebesar US$990 juta, meningkat sebesar 16% dari akhir tahun 2023, dan menjadi porsi terbesar dari total aset Perusahaan sebesar 41%.
ITM melakukan penjualan batubara ke berbagai negara termasuk Indonesia (23%), Tiongkok (38%), Jepang (18%), India (5%), Filipina (5%) dan sejumlah negara lain di wilayah Asia Pasifik.
“Untuk tahun 2025, Perusahaan menargetkan total volume produksi sebesar 20,8 – 21,9 juta ton, meningkat 3% – 8% dari tahun sebelumnya, dan total volume penjualan sebesar 26,3 – 27,4 juta ton, meningkat 10% – 14%,” ungkap Yulius.
Yulius menyampaikan pada periode tahun 2024, fokus ITM adalah memperkuat bisnis inti dan melanjutkan transformasi menjadi Perusahaan energi yang lebih hijau dan lebih pintar, atau greener and smarter.
Penguatan bisnis inti Perusahaan ditandai dengan mulai beroperasinya dua anak usaha ITM yaitu PT Graha Panca Karsa (GPK) dan PT Tepian Indah Sukses (TIS). Operasional dua tambang greenfield ini telah berkontribusi terhadap peningkatan produksi dan
penjualan ITM secara keseluruhan.
Perusahaan juga meningkatkan total cadangan batubara sebesar 93 juta ton, meningkatkan kapasitas pelabuhan angkut, dan variasi hasil coal blending di tahun 2024. Semua itu merupakan langkah strategis Perusahan dalam penguatan operasional penambangan batubara sebagai bisnis inti Perusahaan.
Pada bisnis perdagangan batubara, anak usaha ITM, PT Energi Batubara Perkasa (EBP), berhasil meningkatkan total volume penjualan sebesar 9% year-on-year. Sementara, anak usaha ITM yang bergerak di bidang jasa kontraktor pertambangan, PT Tambangraya Usaha Tama (TRUST), telah berhasil menyelesaikan pembangunan fasilitas pemeliharaan kendaraan berat dan perumahan karyawan guna mendukung operasional jangka panjang.
Yulius memaparkan pada pilar bisnis energi terbarukan, ITM melalui anak usahanya PT ITM Bhinneka Power (IBP) dan dua anak usaha IBP, yaitu PT Cahaya Power Indonesia (CPI) dan PT Centra Multi Suryanesia Aset (CMSA), membukukan peningkatan signifikan pada kapasitas kontrak energi berbasis tenaga surya dari 23,1 MWp pada tahun 2023 menjadi 61,3 MWp di tahun 2024.
“IBP telah berhasil meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya atap (PLTS Atap) terpasang sebesar hampir dua kali lipat di.sepanjang tahun 2024,” ujar Yulius.
Sebagai cerminan atas komitmen dan kesungguhan Perusahaan dalam menerapkan Praktik Pertambangan yang Baik serta Prinsip Keberlanjutan, ITM dan anak usaha sukses menyelesaikan sejumlah program keberlanjutan termasuk penyelesain program rehabilitas Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 250 hektar di Perbukitan Menoreh, area pendukung destinasi pariwisata super prioritas Candi Borobudur.
Hingga tahun 2024, ITM dan anak-anak usahanya, telah menuntaskan dan mengembalikan lahan DAS terehabilitasi seluas 24.633 hektar kepada pemerintah.(RA)
Komentar Terbaru