JAKARTA – Salah satu sumber daya alam berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) paling potensial di Indonesia adalah panas bumi atau geothermal. Namun pemanfaatannya masih belum maksimal. Pengembangan panas bumi dinilai tidak jauh berbeda dengan pengembangan migas lantaran memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu memiliki risiko serta berbiaya tinggi. Namun demikian perbankan ternyata masih menilai sektor panas bumi menarik untuk didanai. Ini tidak lepas dari tren atau arah transisi energi yang diusung pemerintah dan masyarakat dunia.
Yurizki Rio, Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE, mengungkapkan puluhan perbankan bahkan sudah menjalin komunikasi dengan PGE untuk menjajaki peluang kerja sama mengembangkan panas bumi.
“Saya sudah bicara dengan puluhan bank mereka siap bisa bahkan support dengan rate lebih kompetitif. Ada green financing, ada yang sustainability link financing. Jadi nanti rate dibawah rate normal,” kata Yurizki saat jadi salah satu panelis dalam DETalk bertema “Pengembangan Sektor Ketenagalistrikan untuk Mencapai Swasembada Energi di era Pemerintahan Baru” yang diselenggarakan Dunia Energi, Selasa (26/11).
Menurut Yurizki perbankan internasional seperti JICA (Japan International Cooperation Agency) misalnya bahkan memberikan tenor yang cukup panjang. “Saat ini sudah ada beberapa seperti dari JICA itu tenornya sampai tahun 2050 dan rate 0,6% ini menandakan secara global mereka percaya diri support green energy di indonesia,” jelas Yurizki.
Ketertarikan perbankan internasional terhadap proyek panas bumi tidak lepas dari sifat alami panas bumi yang memiliki capacity factor tinggi sehingga bisa menghasilkan tenaga listrik yang stabil. “Secara nature kita based load capctiy factor 90 bahkan 100% stabil sehinga berikan kenyamanan bagi para capital provider,” ungkap Yurizki.
PGE sendiri saat ini mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 Mega Watt (MW) yang dioperasikan, terdiri atas 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW melalui Joint Operation Contract (JOC).
PGE pada tahun lalu baru saja mendapatkan hak pengelolaan dua WKP baru. Dua WKP tersebut dikelola bersama dengan para mitranya yakni WKP Wai Ratai bersama dengan Chevron. Serta WKP Kotamubagu yang bermitra dengan dua perusahaan lainnya yakni Chevron dan Mubadala Energy. (RI)
Komentar Terbaru