GIANYAR – Peran kaum perempuan ternyata bisa krusial dalam mendukung transisi energi. Ini bisa dilihat di desa berbasis energi terbarukan di Desa Keliki, Ubud, Gianyar, Bali.

I Wayan Wita, perbekel Desa Keliki menceritakan bagaimana sepak terjang membangun Desa Energi Berdikari di Keliki, yang menemui pasang surut mengingat pada awalnya masyarakat tidak langsung dapat menerima perubahan.

“Kami masuk ke rumah-rumah, masuk ke acara adat yang sering diselenggarakan masyarakat, dan kami membentuk Kader Wanita dalam penyelarasan program kepada masyarakat. Para Kader Wanita inilah yang memberikan banyak berkontribusi terhadap perkembangan Desa Energi Berdikari, Keliki,” kata Wita dalam keterangannya (1/9).

Melengkapi salah satu side-event gelaran ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengajak delegasi Southeast Asia Youth Energi Forum (SAYEF) 2023 mengunjungi desa berbasis energi terbarukan di Desa Keliki, Ubud, Gianyar, Bali pada Sabtu pekan lalu. Para wanita merupakan aktor utama yang menjadi kunci kesuksesan Desa Energi Berdikari besutan PT Pertamina (Persero) di Desa Keliki ini.

Agung Pribadi,Kepala Biro Komunikasi, Layanan Infromasi Publik dan Kerja Sama, menilai pentingnya partisipasi masyarakat dan melibatkan warga termasuk para kader wanita dalam mendorong pemanfaatan energi terbarukan dalam masyarakat.

“Ini merupakan solusi yang bisa kita terapkan bersama mewujudkan sustainable energy dengan mendorong Diversity, Equity, & Inclusion (DEI) dalam proses pengembangan kapasitas, pemanfaatan teknologi dan penyebarluasan informasi energi bersih sehingga tidak hanya para pria, wanita dan generasi muda memiliki peran yang seimbang,” jelas Agung.

Sebagai informasi bahwa Desa Keliki telah terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan total kapasitas 28 kWp dan yang dimanfaatkan antara lain untuk pengelolaan sampah dengan pola reduce, reuse, and recycle (TPS3R) berkapasitas 10 kWp dan pompa air bertenaga surya berkapasitas 2,5 kWp.

Fadjar Djoko Santoso, VP Corporate Communication Pertamina, menjelaskan bahwa listrik dari energi bersih digunakan untuk mengoperasikan seluruh peralatan di Desa Kaliki dan juga mengaliri air ke sawah petani setempat, sehingga menjadi solusi permasalahan kekurangan air irigasi.

“Dampak positif bukan hanya dalam kemandirian energi tetapi pengembangan perekonomian juga dijalankan, selain itu dampak lingkungan lainnya yang dihasilkan yaitu membantu dalam mendukung pemerintah menuju Net Zero Emission (NZE) dengan menyumbangkan reduksi emisi karbon sebesar 36 Ton Co2 eq/ tahun”, tutur Fajar.

Khoiria Oktaviani Koordinator Komunikasi dan Layanan Informasi Publik KESDM, mengungkapkan rasa bangga terhadap warga setempat yang telah berkomitmen dalam pengelolaan dan menjaga PLTS yang telah terpasang.

“Setelah setahun pemasangan PLTS di Desa Keliki ini masih tetap sustain dan masyarakat juga semuanya aware untuk menjaga dan merawatnya, Semoga desa ini bisa menjadi percontohan dan inspirasi untuk desa-desa yang ada di Bali atau di Indonesia lainnya,” ujar Khoiria.

Desa Keliki menjadi satu dari 52 desa yang dibina oleh PT Pertamina (Persero) yang melibatkan start up alumni Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya) yang bernama Go Gerilya dan Society of Renewable Energy (SRE) dalam proses instalasi dan juga edukasi kepada Masyarakat.

Para delegasi muda yang hadir diajak berkeliling melihat langsung implementasi PLTS untuk pengoperasian alat pengelolaan sampah dengan pola reduce, reuse, and recycle (TPS3R), dan juga pengairan bagi irigasi sawah warga setempat. (RI)