JAKARTA – ExxonMobil Cepu Limited telah diminta untuk menaikkan produksi minyak Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu menyusul telah terbitnya Analisis Dampak dan Lingkungan (Amdal) dari Pemerintah Kabupaten Bononegoro. Namun peningkatan produksi tersebut tidak bisa dilakukan sekaligus.
Julius Wiratno, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan peningkatan produksi Blok Cepu diharapkan bisa meningkat di sisa tahun ini. “Banyu Urip sedang kami naikkan pelan-pelan produksinya,” kata Julius kepada Dunia Energi, Selasa (4/8).
Dia menuturkan peningkatan produksi secara bertahap penting untuk memastikan kesiapan infrastruktur di fasilitas produksi. SKK Migas menargetkan, Lapangan Banyu Urip minimal bisa memproduksi minyak sekitar 230 ribuan per barel (bph). “Bertahap (peningkatan produksi), kelihatannya berat kalau sampai 230 ribu (bph). Peralatannya bergetar semuanya nanti,” ungkap Jullius.
Pada Juni atau semester I 2020, realisasi produksi minyak Exxon dari Blok Cepu mampu mencapai 220,2 ribu bph atau mencapai target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020 yang dipatok 220 ribu bph. Blok Cepu dalam beberapa tahun terakhir menjelma menjadi andalan utama produksi minyak nasional.
Pembahasan revisi Amdal Blok Cepu telah dilakukan sejak akhir 2019. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro kala itu tidak kunjung memberikan lampu hijau untuk revisi Amdal.
Jaffee Arizona Suardin, Deputi Perencanaan SKK Migas, mengungkapkan dengan disetujuinya revisi Amdal blok Cepu maka pembahasan peningkatan produksi langsung dilanjutkan. Ini akan menjadi topik utama dalam pembahasan revisi Work Plan and Budget (WP&B).
Menurut Jaffee, Exxon sedikit dari banyak kontraktor yang membahas revisi WP&B dengan agenda peningkatan produksi dimana kontraktor lainnya justru ingin melakukan penyesuian produksi akibat anjloknya harga minyak dan pandemi Covid-19. “Pembahasan perubahan (turun produksi), tapi kan kalau blok Cepu tambah (produksi),” ujar Jaffee.
Jaffee mengatakan dengan sudah dipegangnya revisi Amdal, akan lebih leluasa melakukan pembahasan langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh agar produksi bisa naik. “Itu sudah dapat izin Amdal, kalau sudah selesai bisa naik produksi sesuai dengan Amdal,” tukas dia.
Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, sebelumnya mengatakan meskipun harga minyak anjlok, dalam beberapa bulan terakhir dan diprediksi berlangsung hingga beberapa waktu ke depan, peningkatan produksi minyak di Blok Cepu diyakini tidak akan membebani kontraktor, Hal ini lantaran Blok Cepu memiliki biaya produksi rendah, yakni US$7,2 per barel, termasuk biaya depresiasi. “Cost produksi Banyu Urip paling murah,” kata Dwi.(RI)
Komentar Terbaru