JAKARTA – Sejak 21 Januari 2021 lalu, Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) atau subholding Refining and Petrochemical telah memulai proyek pembangunan fasilitas jetty (pelabuhan khusus minyak bumi) di kilang Kasim, Kabupaten Sorong, Papua Barat. Dengan kapasitas 50.000 DWT (deadweight tonnage/tonase bobot mati).
Fasilitas itu akan membuka serta memperluas akses bagi produk minyak mentah dari luar daerah dan bahkan luar negeri demi meningkatkan pasokan energi di kawasan timur Indonesia.
Selain jetty, KPI yang ditugaskan sebagai subholding pengolahan dan petrokimia akan membangun empat buah tangki berkapasitas masing-masing 110.000 barel sehingga ketahanan pasokan kilang Kasim menjadi 40 hari.
Ifki Sukarya, Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical, KPI, menjelaskan proyek Open Access Pembangunan Jetty III dan Tanki Timbun ini tengah menyelesaikan sejumlah pekerjaan awal. “Di tahap awal ini, fokus pekerjaan adalah pada detail engineering design, land clearing, survei topografi, bathymetry, soil investigation, serta pembangunan fasilitas temporer,” kafa Ifki, Rabu (21/4).
Ifki menuturkan, proyek ini dikerjakan oleh konsorsium PT Hutama Karya (Persero) [HK] – PT Gerbang Sarana Baja [GSB] sebagai kontraktor EPC (Engineering, Procurement, Construction) serta PT Inti Karya Persada Tehnik sebagai konsultan manajemen proyek.
“Ditunjuknya konsorsium HK-GSB sebagai kontraktor pelaksana menunjukkan sinergi yang baik antar-BUMN serta antara BUMN dan swasta nasional. Kami pastikan pula bahwa proyek telah melalui melalui tender terbuka sebelum menetapkan pemenang,” jelas Ifki.
Ifki mengungkapkan bahwa konsorsium kontraktor pelaksana dan Pertamina berkomitmen untuk menyelesaikan proyek pada akhir Desember 2022.
Ifki menambahkan, proyek Open Access amat penting bagi kilang Kasim sebagai satu-satunya kilang di wilayah Indonesia timur. Fasilitas yang dibangun nanti akan memungkinkan kapal bermuatan lebih dari 200.000 barel minyak mentah dapat bersandar sehingga tidak hanya akan mengembalikan kapasitas desain kilang Kasim yang sebesar 10.000 barrel per stream day (BPSD) per hari, tetapi juga dalam jangka panjang berpotensi dapat meningkatkan kapasitas hingga 50.000 BPSD.
Saat ini, lanjut Ifki, pemenuhan kebutuhan BBM oleh kilang Kasim di wilayah sekitarnya masih rendah, dan kekurangannya dipasok dari kilang Balikpapan. Padahal, masyarakat di Sorong Raya, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat amat mengandalkan pasokan bahan bakar minyak (BBM) dari kilang yang menghasilkan produk Premium, Biosolar B-30, dan Marine Fuel Oil (MFO) ini. Di samping itu, berkurangnya pasokan minyak mentah dari produsen makin menurunkan kapasitas pengolahan kilang (turn down capacity) menjadi 6.000 BPSD saja.
“Proyek Open Access akan membantu kilang Kasim dalam memenuhi 100% kebutuhan energi di kawasan timur Indonesia. Proyek ini diharapkan akan menjadi barometer implementasi “Energizing You” Pertamina di kawasan Terdepan, Tertinggal, Terluar (3T). Masyarakat pun bisa mendapatkan multiplier effect dari proyek ini,” ujar Ifki.
Meski bergerak cepat, proyek tak melupakan aspek kearifan lokal rakyat Papua sendiri. Sebelum pekerjaan pembangunan dimulai, sosialisasi kepada pemangku kepentingan utama telah dilakukan oleh tim manajemen dari kontraktor EPC dan kilang Kasim sejak 12 Januari 2021, terutama kepada tokoh masyarakat di 9 kampung di Distrik Seget, Kabupaten Sorong. “Bahkan, kami juga menyelenggarakan upacara adat yang melibatkan warga ring 1 kilang Kasim,” tutur Ifki.
Di samping memperhatikan kearifan lokal, proyek pun mengutamakan penggunaan tenaga kerja lokal. Ifki mengatakan bahwa tenaga kerja non-skill diutamakan berasal dari warga ring 1 Distrik Seget, Kabupaten Sorong. “Hal itu kami pastikan dengan HK sebagai kontraktor utama dan akan kami monitor terus pelaksanaannya,” kata Ifki.(RI)
Komentar Terbaru