JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan sejumlah peta jalan (roadmap) transisi energi menuju karbon netral.
Dalam peta jalan tersebut disebutkan untuk mencapai penurunan emisi 956 juta ton CO2 pada tahun 2050 maka perlu dilakukan beberapa upaya diantaranya pengembangan pembangkit listrik energi nuklir 5 Gigawatt (GW).
“Kami juga ada peta jalan transisi energi menuju karbon netral melalui energi nuklir, tapi itu di tahun 2040 ke atas ya,” ungkap Dadan Kusdiana, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, dalam konferensi pers Capaian Kinerja 2021 dan Program Kerja Subsektor EBTKE 2022, Senin(17/1).
Bob S Effendi, Chief Operation Thorcon Power Indonesia, mengatakan apabila Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dibangun pada tahun 2040 ke atas, maka tidak akan menjawab masalah transisi energi.
“Intinya adalah bagaimana menggantikan PLTU batu bara yang akan mulai dihentikan secara bertahap paska 2025 dengan mempertimbangkan apa yang di sampaikan Presiden bahwa transisi energi tidak boleh membebani masyarakat dengan menaikan TDL dan/atau membebani APBN dengan subsidi feed in tarif,” kata Bob, kepada Dunia Energi, Senin.
Bob mempertanyakan jenis pembangkit listrik yang dapat menggantikan batu bara dengan kemampuan, kapasitas faktor di atas 75%, keekonomian di kisaran US$6-7 sen per kwh dan dapat mendekati beban.
“Artinya, dapat dibangun dimana saja. Bila dikaji secara objektif saat ini tidak ada. Kecuali, PLTT (Pembangkit Listrik Tenaga Thorium) walaupun masih di atas kertas tetapi dalam 10 tahun kedepan PLTT sudah dapat beroperasi secara komersial,” ujar Bob.
Saat ini diketahui, Thorcon International Pte.Ltd yang merupakan perusahaan pengembang nuklir asal Amerika Serikat (AS), melalui Thorcon Power Indonesia menyatakan keseriusannya untuk pengembangan dan pembangunan Thorium Molten Salt Reactor Power Plant 500 MW (TMSR500) atau yang lebih dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) dengan nilai investasi sekitar US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 17 triliun.
PLTT akan dibangun dengan menggunakan model desain struktur kapal dengan panjang 174 meter dan lebar 66 meter, yang setara dengan tanker kelas Panamax ini rencananya akan di bangun oleh Daewoo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan, yang merupakan galangan kapal nomor 2 terbesar di Dunia. PLTT pertama di targetkan akan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 10%.(RA)
Komentar Terbaru