JAKARTA—Sejumlah kalangan menilai ada kekuatan yang ingin memojokkan keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pada isu polusi udara Ibu Kota Jakarta meski pembangkitan sudah menerapkan standar yang tinggi.
“Terkait PLTU yang disebutkan sebagai penyebab polusi Jakarta di mana sebelumnya belum pernah disebutkan sama sekali dalam kajian BMKG maupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), saya pikir ini ada agenda setting yang dibuat,” kata Agus Pambagio, Pengamat Kebijakan Publik.
Menurut dia, banyak berita yang tidak benar (hoaks) yang disebarkan seperti hasil gambar satelit yang memerah di Jawa Barat dan Banten. “Nah itu bukan gambar satelit, melainkan semacam simulasi yang sengaja dibuat-buat untuk membingungkan kita dan gak jelas siapa yang buat, itu hoax,” katanya.
Agus menjelaskan, yang paling jelas polusi di Jakarta penyebabnya adalah transportasi. “Kan bisa dilihat saat pandemi berlangsung, banyak pegawai di Jakarta kerja dari rumah, langit Jakarta relatif bersih,” katanya.
Dia menjelaskan, modeling tentang polusi emisi tersebut sudah tidak relevan karena secara fakta emisi Pembangkit PLN sudah sangat rendah. Seluruh emisi pembangkit PLTU sudah berhasil ditekan di bawah ketentuan Permen LHK.
Luckmi Purwandari, Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Luckmi Purwandari, mengatakan ada pihak yang ingin mengambil keuntungan di tengah isu polusi udara di ibu kota.
“Memang foto itu sudah beredar dan kami sebenarnya sudah melakukan kajian. Kalau dilihat di website copernicus sentinel-5p satellite menunjukkan bagaimana nitrogen dioksida di udara itu seperti apa,” ujarnya saat berbicara pada diskusi “Solusi Polusi Jakarta”, belum lama ini.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur & Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengungkapkan komitmen pemerintah untuk mengatasi polusi udara di Indonesia termasuk DKI Jakarta.
Rachmat mengatakan sejumlah penelitian mengungkapkan sejumlah faktor yang menyebabkan polusi udara. Di Jakarta polusi utamanya terkait Particulate Matter (PM2.5) disumbang oleh sektor transportasi sebanyak 67%, industri 26,8 dan PLTU sebesar 5,7%.
Pemerintah mempersiapkan strategi jangka pandang dan pendek untuk mengatasi persoalan polusi udara. Hal ini Dilakukan dengan mengurangi pembakaran yang dapat menyebabkan polusi termasuk pembakaran bahan bakar fosil, kendaraan bermotor hingga pabrik dan polusi, sekaligus mendorong pengurangan emisi dari hasil pembakaran tersebut.
Langkah ini juga dilaksanakan dengan mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, menekan emisi lewat penerapan teknologi scrubber dan co-firing di pabrik dan industri termasuk PLTU.
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan operasional PLTU PLN IP telah dilengkapi dengan teknologi ramah lingkungan termutakhir Electrostatic Precipitator (ESP) dan Continous Emission Monitoring System (CEMS) untuk memastikan emisi gas buang dari operasional pembangkitan ditekan semaksimal mungkin.
Sementara ESP merupakan teknologi ramah lingkungan pada PLTU yang berfungsi untuk menangkap debu dari emisi gas buang yang didesain mampu menyaring dan menangkap debu dengan ukuran sangat kecil (<2 micrometer) hingga 99,9%, serta teknologi ramah lingkungan pengendali polutan lainnya (NOx dan SOx). Seluruh pembangkit PLN IP yang ada di sekitar Jabodetabek telah memakai teknologi ESP yaitu PLTU Suralaya 1-7, PLTU Lontar, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Labuan dan PLTU Suralaya 8.
"Berbagai upaya yang dilakukan PLN IP di atas berhasil memperbaiki kualitas udara ambien di sekitar lokasi pembangkit di Jakarta dan Banten. Parameter PM 2.5 di sekitar lokasi pembangkit menunjukkan tren yang cenderung menurun dan masih di bawah Baku Mutu Ambien (BMA) yang ditetapkan pemerintah," ujarnya.
Dia menjelaskan, seandainya pun ada polusi PLTU Suralaya, Banten, dan Lontar, arahnya bukan ke Jakarta tetapi ke arah Laut Jawa dan Selat Sunda dan hanya mampu terbang maksimal 10 km.
"Berbagai upaya agresif telah dan terus kami lakukan untuk menjaga lingkungan dalam operasional kami. Kami menargetkan program transisi energi tak hanya program semata namun justru sudah lebih dulu menghasilkan energi bersih dan meminimalisir polusi udara," katanya. (RA)
Pengamat: PLTU Belum Tentu Penyebab Polusi Jakarta
Yurika
|
Jumat, 25/08/2023 21:27:03
|
1221 Tampilan
Bagikan:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru)
Baca Juga
Siap-Siap, Pertamina Segera Produksi Bioavtur dari Minyak Jelantah
Energi Terbarukan
18/03/2025
Elnusa Perkuat Pengembangan Bisnis Energi Fosil hingga EBT
Energi Terbarukan
15/03/2025
Energia Prima Nusantara Rampungkan Pembangunan PLTS Atap di Pabrik PT DIC Astra Chemicals
Energi Terbarukan
15/03/2025
Ekspansi Pabrik Metanol di Bojonegoro Ditargetkan Rampung Tahun 2027
Energi Terbarukan
14/03/2025
Inovasi Berkelanjutan, PGE Borong Penghargaan Internasional
CSR
12/03/2025
Aturan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik EBT Terbit
Energi Terbarukan
12/03/2025
Berita Lainnya
PGN Siapkan Pasokan Gas Bumi ke Kawasan Industri Jatengland
Migas
16 jam yang lalu
Pengembangan Pematang Substation Selesai, PHR Siap Genjot Produksi Minyak
Migas
18 jam yang lalu
Alarm untuk Pemerintah, Investasi Bakal Tersendat Jika Tarif Royalti Naik
Minerba
19 jam yang lalu
Pabrik Pemurnian Emas di Gresik Berkapasitas 60 Ton Per Tahun Mulai Beroperasi
Minerba
1 hari yang lalu
Komentar Terbaru