JAKARTA – Indonesia mempunyai target prestisius menuju Net Zero Emissions (NZE) pada 2060. Salah satu skenarionya adalah dengan memangkas emisi CO2 yang dihasilkan dari berbagai sektor, termasuk energi. Untuk bisa menghilangkan CO2 tersebut diperlukan pendekatan teknologi Carbon Capture Storage (CCS).

Hendra Halim, Indonesia Petroleum Association (IPA) Infographic Lead, mengatakan untuk mencapai target NZE 2060 dengan mengandalkan penerapan Energi Baru Terbarukan (EBT) saja tidak cukup. “2 Gigaton CO2 harus dihilangkan 2060. EBT saja enggak cukup, harus dibantu CCS dan bioenergi yang sedang didorong pemerintah,” kata Hendra dalam diskusi dengan media di Jakarta, Rabu (26/6).

Hendra menuturkan berdasarkan data dari berbagai lembaga kajian international, tanpa adanya program CCS, Indonesia justru bakal terbebani tambahan dana mencapai Rp1 triliun akibat emisi yang dihasilkan.

Dia menyatakan secara modal (kapasitas) storage Indonesia sudah lebih unggul karena lebih besar dibandingkan negara sekitar. Data terbaru bahkan kapasitasnya mencapai 700 giga ton.

“Jadi sekarang yang kita butuhkan dukungan dari pemerintah. CO2 cross border agreement yang butuh negara-negara lain, carbon pricing tidak hanya di Indonesia tapi di luar juga,” ungkap Hendra.

Sementara itu, Rina Rudd, Deputy Chief Infographic SubCommittee IPA, menyatakan sebenarnya pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah sudah baik. Namun tetap dibutuhkan dorongan lain untuk benar-benar bisa menerapkan CCS

“Perlu fiskal, bagi hasil, pajak lebih menarik. Kepastian hukum. Ada banyak pekerjaan rumah, kejelasan term di kontrak,” ujar Rina.

Rina yang juga menjabat sebagai General Manager Husky Liman Limited mengakui dengan kebutuhan energi yang tinggi maka mau tidak mau peningkatan produksi perlu diupayakan. Tapi tuntutan akan lingkungan menimbulkan adanya biaya tambahan. Hal itu juga bisa mempengaruhi keekonomian yang ujungnya adalah keberminatan pada investasi

“Perlu insentif dekarbonisasi. Semua perusahaan migas sekarang, kan banyak datang dari luar semua Perusahaan ini terdaftar di bursa dan mempunyai kewajiban melaporkan ESG track record, harus ada usaha ke arah NZE. Kalau enggak ada insentif kami enggak bisa investasi,” ungkap Rina.

Marjolijn Wajong, Direktur Eksekutif IPA, mengatakan syarat menuju Indonesia emas adalah meningkatnya kebutuhan energi. Data Dewan Energi Nasional (DEN) konsumsi gas naik empat kali lipat, minyak dua kali lipat.

“Kenaikan EBT juga besar. Menuju Indonesian emas butuh banyak energi, migas dibutuhkan lebih dari hari ini,” ujar Marjolijn. (RI)