JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Minera(ESDM) menegaskan peningkatan nilai tambah mineral atau hilirisasi tetap menjadi komitmen pemerintah.
Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, mengatakan saat ini pihaknya terus mengevaluasi proses pelaksanaan peningkatan nilai tambah mineral.
“Kami tidak menyebutnya relaksasi, tapi kami menyebutnya insentif (kelonggaran ekspor). Akan kami lihat dari masing-masing komoditi tingkat kemajuan peningkatan nilai tambahnya seperti apa, itu yang harus kita pertimbangkan,” kata Bambang di Jakarta, Senin (31/10).
Peningkatan nilai tambah mineral dilakukan melalui kewajiban pengolahan dan pemurnian di dalam negeri yang berlaku efektif sejak 12 Januari 2014. Terdapat tujuh komoditas tambang yang dilakukan pengolahan dan/atau pemurnian yakni meliputi tembaga, nikel, bijih/pasir besi, bauksit, timbal, seng dan mangan. Khusus untuk produk pemurnian tembaga sebanyak 30%-nya dijual di dalam negeri sedangkan produk pemurnian lainnya yaitu nikel, besi, mangan dan bauksit seluruhnya dijual ke luar negeri. Belum ada produk pemurnian untuk timbal dan seng.
“Tentunya, ada yang akan diberikan insentif (kelonggaran ekspor), dan ada yang tidak. Artinya, pada satu komoditi memang ditutup dan tidak diberikan insentif, dan satu komoditi lain diberikan insentif dengan persyaratan smelter (fasilitas pengolahan dan pemurnian). Saat ini sudah ada 18 smelter,” tandas Bambang.
Sebanyak 18 fasilitas pemurnian yang telah terbangun, terdiri dari: satu tembaga, 12 nikel, 2 besi, 2 bauksit dan 1 mangan. Dengan besar investasi sebagai berikut:
- Tembaga sebesar US$ 600 juta dengan penjualan domestik 144.000 ton per tahun dan 67.000 ton per tahun untuk ekspor.
- Nikel sebesar US$ 3,1 miliar dengan nilai ekspor 18.000 ton/tahun (FeNi) dan 80.000 ton per tahun (Nickel Matte).
- Besi sebesar US$190 juta.
- Bauksit sebesar US$1,6 miliar dengan nilai ekspor 300.000 ton per tahun (CGA) dan 600.000 ton per tahun (SGA) 5. Timbal dan seng sebesar US$ 26 juta 6. Mangan sebesar US$ 2,3 juta dengan nilai ekspor 25.000 ton per tahun (SiMn).
Komentar Terbaru