JAKARTA – Pemerintah menargetkan wilayah Teluk Bintuni, Papua Barat bisa menjadi kawasan industri terintegrasi khusus dengan sokongan bahan bakar energi berupa gas. Teluk Bintuni sendiri sudah ditetepkan kawasan industri khusus yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).

Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, mengatakan potensi sumber daya alam sebagai bahan baku industri di Teluk Bintuni sangat berlimpah, namun harus diakui pemanfaatannya selama ini tidak optimal. Strategi yang tepat diharapkan dapat membuat Teluk Bintuni menjadi kawasan industri khusus andalan.

Berdasarkan data yang dimiliki, Airlangga menyatakan beberapa sumber daya alam tersimpan cukup banyak di Teluk Bintuni seperti batu bara, tembaga, timah, marmer, minyak bumi serta yang terbesar adalah gas sehingga pembangunan kawasan industri berbasis hilirisasi gas sangat dimungkinkan.

“Gas alam banyak sekali 14,4 TCF. Minyak bumi juga banyak dan belum termanfaatkan. Wilayah ini sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang akan kami jadikan kawasan industri prioritas berbasis hilirisasi gas,” kata Airlangga dalam Bintuni Energy Forum, Senin (28/12).

Airlangga mengatakan pemerintah akan menjadikan kawasan industri Teluk Bintuni terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produk turunan dari gas. Mulai dari pengembangan produksi gas sampai pada pabrik petrokimia dan pembangkit listrik berbasis gas. Salah satu sumber gas besar di dekat Teluk Bintuni adalah blok Kasuri yang dikelola oleh Gengting Oil.

Petrokimia menjadi salah satu industri yang disiapkan bisa berkembang di Teluk Bintuni. Chayil Energy berencana untuk berinvestasi senilai Rp28,8 triliun untuk membangun kilang petrokimia di sana.

Menurut Airlangga, berdasarkan master plan 2013 ada sejumlah zona utama turunan dan zona industri pendukung di Teluk Bintuni. Proses konstruksi selesai 2022 operasional 2023 diharapkan akan masuk investasi dan berikan multipllier efect serap tenaga kerja.

“Pemerintah upayakan Teluk Bintuni tarik investasi dalam dan luar negeri. Sudah ada perusahan eropa Chayil berinvestasi Rp28 triliun bangun petrokimia di Teluk bintuni,” ujar Airlangga.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan target menjadikan Teluk Bintuni sebagai kawasan industri berbasis gas wajar lantaran potensi cekungan migas yang ada di wilayah Indonesia bagian timur ternasuk Teluk Bintuni di dalamnya baru sekitar 39%.

“Cadangan migas di indonesia timur masih bisa. 39% baru di timur dan baru 10 sumur ekplsorasi. Indonesia timur memang belom maksimal, kompleksitas dan juga geografis menjadi tantangan memang dan ini akan kami kerjakan bersama,” kata Arifin.

Petrus Kasihiw, Bupati Teluk Bintuni, mengatakan pemerintah daerah berusaha untuk menyiapkan sumber daya manusia yang harus bisa terlibat dalam pembangunan di Teluk Bintuni sehingga masyarakat lokal bisa menjadi tenaga kerja yang unggul sehingga bisa meningkatkan kesejahteraannya.

“Kami tidak ingin terlena dengan banyaknya investasi. Ini perlu juga persiapan yang matang dari sisi kualitas SDM. Kami mau anak anak daerah yang juga bisa ikut serta dalam perkembangan industri di Bintuni,” kata Petrus.(RI)