JAKARTA – PT Freeport Indonesia (PTFI) saat ini sudah mampu untuk memproduksi emas mencapai 50 ton per tahun berkat telah beroperasinya Precious Metal Refinery (PMR) di Gresik. Ini jadi salah satu bentuk hilirisasi terbaru yang dilakukan di Indonesia. Namun demikian pemerintah meminta Freeport terus meningkatkan kemampuan dalam hilirisasi lantaran mineral ikutan yang ditambang juga tidak sebatas tembaga beragam.
Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menyatakan Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi pusat supply chain dunia dengan keberadaan bahan baku yang tersedia.
“Kita harus terus gali lagi, seperti tadi yang disampaikan Pak Tony, elenium. Nah ini bahan baku untuk semikonduktor. Dimana kalau Malaysia bisa, masa Indonesia nggak bisa? Ini yang saya rasa ke depan kita harus terus membangun ekosistem. Kita ingin menjadi tetangga yang baik untuk semua negara dunia. Kita juga ingin menjadi sebuah supply chain dunia,” jelas Erick disela penandatanganan kesepakatan jual beli emas antara Freeport dan Antam, Kamis (7/11).
Tony Wenas, Direktur Utama Freeport Indonesia, menjelaskan setelah memiliki fasilitas smelter terbaru serta PMR maka kemampuan Freeport dalam memproduksi produk turunan dari konstrat juga jauh meningkat.
Total yang bisa diproduksi dari PMR tersebut kira-kira sekitar 50 sampai 60 ton emas dalam satu tahun, bergantung dari kadar bijih yang ditambang. Semakin tinggi kadar bijihnya, semakin banyak produksi emas yang bisa diproduksi.
“Di samping juga tentu perak yang lebih dari 200 ton per tahun. Dan juga ada platinum metal group, yaitu platinum kira-kira sekitar 30 kilogram saja per tahunnya. Dan ada paladium sekitar 375 kilogram per tahun. Di samping tentu ada juga mineral yang lainnya seperti selenium dan bismut juga,” jelas Tony.
PTFI baru saja teken perjanjian jual beli emas dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Pada kesepakatan kali ini Antam bakal menyerap ingot sebanyak 30 ton emas per tahun dihasilkan oleh fasilitas PMR milik Freeport di Gresik.
“Kita bersama Antam telah terjadi kesepakatan diskusinya nggak alot, agak panjang karena dua duanya punya kepentingan yang sama ruang lingkupnya kira kira 30 ton yang akan di offtake kalau Antam butuh lebih kami juga siap,” kata Tony.
Kesepakatan kali ini berlaku selama lima tahun dengan total nilai transaksi yang cukup fantastis. “Kontraknya tahap ini 5 tahun kalau dihitung dengan jumlah nilainya itu US$12,5 miliar atau sekitar Rp200 Triliun,” ungkap Tony.
Komentar Terbaru