JAKARTA – Pemerintah harus terbuka soal keuntungan yang dinikmati berkat program hilirisasi mineral komoditas nikel.
Mulyanto, Anggota Komisi VII DPR RI, mendesak Pemerintah untuk buka-bukaan menyampaikan besarnya keuntungan atau penerimaan negara dari nilai ekspor komoditas nikel hasil hilirisasi yang diklaim sebesar Rp 360 Triliun.
Menurut dia penjelasan ini penting, agar masyarakat tidak salah tafsir. Jangan sampai data tersebut terkesan hanya sebagai glorifikasi yang ternyata kosong.
“Pemerintah mesti transparan dan dapat menjelaskan besarnya penerimaan negara dari hilirisasi komoditas nikel tersebut.
Kita perlu tahu sebenarnya berapa besar penerimaan negaranya. Jangan-jangan malah pemerintah nombok”, kata Mulyanto, Kamis (20/10).
Dia menuturkan selama ini industri smelter bebas dari pajak ekspor atau bea keluar. Penerapan pajak ekspor produk hilirisasi nikel setengah jadi seperti fero nikel dan nikel pig iron (NPI), baru akan berlaku pada tahun 2022. Itu pun masih sebatas rencana. Padahal Sekarang sudah menjelang akhir tahun, namun belum ada tanda-tanda implementasinya.
“Selain itu mereka juga mendapat insentif pembebasan pajak atau tax holiday (pph badan) selama 25 tahun. Tidak pula membayar pajak pertambahan nilai (ppn). Karena tidak menambang sendiri dan hanya membeli ore dari penambang, maka industri smelter praktis tidak membayar royalti tambang sepeserpun,” jelas Mulyanto.
Apalagi menurut Mulyanto para pekerja yang didatangkan dari luar negeri ditengarai tidak menggunakan visa pekerja, melainkan banyak juga berstatus turis. Hal ini kembali menggerus penerimaan negara.
“Jangan-jangan dengan fasilitas insentif fiskal dan non-fiskal yang super mewah tersebut, kas keuangan negara malah rugi,” ungkap Mulyanto.
Menurut dia para penambang nikel sudah berkorban tidak dapat menikmati harga nikel internasional yang tinggi, lalu negara pun rela digugat di WTO. Padahal yang diuntungkan hanya segelintir investor asing. Ini kan tidak fair.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyampaikan dalam Peresmian Pembukaan Investor Daily Summit 2022, Selasa (11/10/2022), bahwa hilirisasi industri mampu meningkatkan hasil ekspor Indonesia. Dia mencontohkan, nilai ekspor komoditas nikel bertambah dari Rp15 triliun menjadi Rp360 triliun setelah proses hilirisasi.
Menurutnya RI ketiban durian runtuh hingga mencapai Rp 360 triliun melalui hilirisasi nikel menjadi barang bernilai tambah.
Komentar Terbaru