JAKARTA— Polusi udara di Jakarta sangat mengkhawatirkan dan mengganggu kesehatan meski Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya sebesar 1,6 Gigawatt (GW) dalam posisi mati (shutdown).
“Meski beberapa PLTU besar di sekitar Jakarta sudah dimatikan, ternyata polusi udara masih pada status tidak sehat. Jadi memang harus dicari titik penghasil emisinya agar solusi yang dijalankan bisa tepat sasaran,” ujar Mulyanto, Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PKS.
Menurut Mulyanto, pemerintah perlu melacak sumber polutan secara akurat. “Isu ini merebak sebelum investment plan dari JETP yang di dalamnya mengatur kebijakan investasi untuk penghentian PLTU dan diarahkan penyebabnya langsung divonis PLTU, padahal belum tentu juga,” katanya.
Pemerintah, lanjutnya, perlu lebih akurat dalam melacak sumber polutan yang mengakibatkan belum terkendalinya polusi udara di Jakarta. “Jangan hanya menyebutkan sektor-sektornya saja. Tapi titik di mana penghasil emisinya,” katanya.
Sampai saat ini, pemerintah sepertinya masih kesulitan menemukan titik-titik penghasil emisi berupa polutan yang mengakibatkan udara Jakarta makin tidak sehat dan mengajak pemerintah memitigasi sumber polusi.
“Pemerintah harus clear dari data, lalu ambil kebijakan-kebijakan yang langsung menyasar, komprehensif dan efektif. Ini harus ditangani serius,” katanya.
Sesuai dengan Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), papar Mulyanto, menjelaskan bahwa penghasil emisi polusi udara terbesar berasal dari sektor trasnportasi sebesar 44% lalu kemudian disusul industri manufaktur. (RA)
Komentar Terbaru