JAKARTA – Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dianggap sudah menjadi keniscayaan bagi Indonesia yang tidak dapat lagi ditunda, mengingat kebutuhan energi yang bertambah besar tidak dapat dipenuhi energi fossil yang harganya fluktuatif. Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) pun sepakat mendorong pemanfaatan energi nuklir untuk kebutuhan listrik di tanah air.
“KEIN dan Kemristekdikti sepakat berkoordinasi dalam rangka mendorong pemerintah untuk segera memanfaatkan nuklir sebagai energi yang murah, bersih dan berkelanjutan,” kata Zulnahar Usman, Anggota KEIN, Selasa (20/3)
Dia menambahkan, KEIN juga bersepakat menggelar agenda bersama untuk mensosialisasikan pemanfaatan energi nuklir, misalnya melalui pelaksanaan focuss group discussion (FGD) dengan kementerian atau lembaga (K/L) lain.
Rencananya, untuk menghasilkan peta jalan yang komprehensif akan digelar seminar nuklir internasional pada Juni 2018. Dengan berbagai kajian yang telah disiapkan pada 2018, pemerintah diharapkan segera mengambil keputusan terhadap PLTN.
“Untuk itu, KEIN akan terus mengawal untuk terwujudnya energi murah untuk rakyat,” kata Zulnahar.
Menurut Zulnahar, terdapat tiga prinsip utama bilamana PLTN akan dibangun di Indonesia. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo.
Pertama, ada tingkat keselamatan tinggi. Kedua, harga listrik PLTN dapat bersaing dengan batu bara ataupun energi fosil lainnya. Ketiga, tidak memakai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sehingga tidak membebani negara. Sehingga, dengan adanya PLTN diharapkan bukan saja menjadi sebuah terobosan inovasi dengan multiplier ekonomi yang tinggi tetapi dapat menjadi energi murah bagi rakyat.
Mohamad Nasir, Meristekdikti, juga memberikan dokumen kajian berjudul “Rencana Pembangunan Prototipe PLTN dan komersialisasinya” sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional. KEIN diharapkan dapat mengkoordinasikan berbagai kementerian dan lembaga, sehingga memiliki pemahaman yang sama tentang PLTN.
“Biarkan energi fossil untuk anak cucu, sementara energi nuklir untuk saat ini dan masa depan,” kata Nasir.(RA)
Komentar Terbaru