JAKARTA – Pemerintah bakal setop ekspor gas dari kilang LNG Donggi-Senoro (DSLNG) di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah yang kontraknya bakal berakhir tahun 2028 mendatang. Pasokan gas yang diolah di fasilitas DSLNG nantinya bakal didorong untuk memenuhi kebutuhan gas di alam negeri.
“Donggi-Senoro kontrak habis didorong unutk domestik (gasnya). Kita harapkan seperti itu (setop ekspor),” kata Arifin dalam diskusi dengan media di Gedung Ditjen MIgas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jumat (2/8).
Kilang Donggi Senoro LNG mampu mengirimkan sekitar 36 kargo LNG per tahun. DSLNG telah menandatangani komitmen pengiriman LNG jangka panjang dengan tiga pembeli yaitu JERA, Kyushu Electric, dan Korea Gas Corporation. Bila para pembeli jangka panjang ini tidak mengambil kargo tersebut, maka kargo LNG ini dapat tersedia di pasar spot LNG.
Kilang DSLNG merupakan satu dari tiga kilang LNG yang beroperasi di Indonesia. Dua kilang lainnya yaitu kilang LNG Tangguh milik BP serta kilang LNG di Bontang dioperasikan oleh PT Badak LNG.
Arifin menuturkan nantinya gas dari DSLNG bakal dialihkan untuk mendukung program gasifikasi pembangkit listrik di wilayah Sulawesi yang saat ini konsumsi listriknya sebagian besar digunakan untuk pabrik smelter. Pemerintah bakal menggenjot pembangunan infrastruktur pendukung untuk mengalirkan gas dari kilang DSLNG ke konsumen-konsumen di wilayah Sulawesi termasuk smelter.
Selama ini hampir seluruh kebutuhan listrik smelter dipenuhi dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara. Ini tentu memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan. Sejalan dengan target penurunan emisi yang dipatok, maka penggunaan gas menjadi jalan tercepat untuk bisa mengejar target penurunan emisi.
“Selama ini dipenuhi dari batu bara listriknya untuk smelter di Sulawesi. Jumlahnya mencapai 20 Gigawatt (GW),” ungkap Arifin. (RI)
Komentar Terbaru