JAKARTA – Langkah positif baru saja dilakukan pemerintah dengan menyepakati pokok atau inti dari rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) Blok Masela. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan bahkan langsung menyambangi markas Inpex Corporation, operator Blok Masela, untuk berdiskusi detail kesepakatan. Inpex dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sepakat atas pokok-pokok pengembangan Blok Masela di Tokyo, Jepang. Namun demikian pemerintah diminta tidak jumawa dan harus segera kembali bergerak untuk memastikan proyek berjalan.
Mamit Setiawan, Direktur Eksekutif Energy Watch, mengatakan inisiatif pemerintah dalam proyek Masela sudah sewajarnya dilakukan untuk memastikan proyek tetap berjalan. “Kehadiran Jonan beserta SKK Migas membuat investasi Inpex Corporation sebesar US$20 miliar (Rp 288 triliun) dan pemerintah mendapatkan sekurang-kurangnya 50% dari bagi hasil dan pengembangan Lapangan Abadi Blok Masela bisa dilakukan” kata Mamit kepada Dunia Energi, Rabu (29/5).
Investasi yang sangat besar di Masela diharapkan bisa menimbulkan efek domino sehingga membantu perekonomian nasional dan daerah. Pasca ditandatangani Meeting of Minute (MoM) antara Inpex Corporation dan SKK Migas maka keterlambatan pengembangan Blok Masela bisa segera dikejar. “Kekhawatiran Blok Masela nasibnya bisa sama dengan East Natuna yang hingga kini kemudian belum juga dikembangkan bisa dihilangkan,” kata Mamit.
Dia menilai Lapangan Abadi Blok Masela akan banyak menemui pesaing saat nanti on stream, sehingga harga gas alam cair yang ditawarkan jangan sampai tidak kompetitif lagi mengingat akan banyak proyek LNG dengan kapasitas sekitar 100 juta ton per tahun yang akan mencapai keputusan investasi akhir (Final Investment Decision/FID) pada 2019-2020, seperti Tortue Ahmeyim FLNG di lepas pantai Mauritania dan Senegal, North Field LNG in Qatar, Area 1 di Mozambik, Arctic LNG 2 di Rusia, Papua LNG di Papua Nugini, dan Calcasieu Pass LNG di Amerika Serikat.
Kehadiran proyek LNG lain yang perlu dikhawatirkan adalah terjadinya buyer market dimana pasar LNG dunia akan jenuh atau kelebihan pasokan.” Jadi melalui kesepakatan ini proses pembangunan terminal LNG Blok Masela bisa berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan dan menunjukan bahwa iklim investasi migas di Indonesia masih menarik dan diminati,” kata Mamit.(RI)
Komentar Terbaru