SEMARANG – PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN) bakal menggenkot penjualan gas di sektor non kelistrikan atau pasar ritel. Tujuannya agar perusahaan memiliki alternatif baru untuk menjaga kinerja positif keuangan.
Fadjar, Harianto Widodo, Direktur Keuangan dan Penunjang Bisnis PGN, menjelaskan pada tahun ini PGN akan meningkatkan penetrasi di pasar ritel seperti Jaringan Gas Rumah Tangga (Jargas) maupun LNG ritel dan turunannya seperti CNG modular maupun CNG ritel. Selama ini ritel berkontribusi sekitar 10% terhadap realisasi kinerja keuangan perusahaan.
“Kita perlu melakukan diversifikasi market agar tak hanya bergantung pada industri saja, meski memang volume industri ini besar. Kami ingin memberikan figur financial yang end to end sehingga mampu menyasar seluruh pasar,” ujar Fadjar saat ditemui di Onshore Receiving Facility (ORF) Kalimantan Jawa Gas (KJG) Tambak Lorok Semarang, Senin (17/4).
Menurut Fadjar, harga gas ke konsumen jadi kunci utama untuk menjaga momentum peralihan penggunaan energi dari minyak atau BBM menjadi gas.
Strategi perusahaan, kata Fadjar selain menjaga cost fproduksi yang kompetitif, perusahaan juga perlu menjaga harga jual ritel sehingga masyarakat bisa mengkonsumsi gas ini. “Dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat tentu akan semakin meningkatkan keinginan masyarakat dalam beralih memanfaatkan gas bumi ini,” ungkap Fadjar.
Salah satu langkah penetrasi pasar non kelistrikan bisa dilihat di Jawa bagian tengah. Di Semarang pada tahun ini PGN akan membangun jargas rumah tangga dengan biaya sendiri sebanyak 5.000 sambungan rumah tangga (SR).
Sementara secara nasional, PGN akan membangun hingga 500 ribu sambungan jargas lagi pada tahun ini sehingga mampu mencapai target 1 juta sambungan rumah tangga pada 2024 mendatang.
“FID sudah banyak yang jalan saat ini. Kita akan masifkan implementasi jargas pada tahun ini. Kita kombinasikan baik dengan capex PGN maupun alokasi APBN yang masuk dalam program pemerintah,” ujar Fadjar.
Seperti diketahui, PGN berhasil mencatatkan Laba Bersih Tahun Berjalan Yang Diatribusikan ke Entitas Induk US$326,2 juta (Rp 4,84 Triliun, dengan kurs IDR/USD: Rp 14.850) atau 7 % lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih berasal dari pendapatan sebesar US$3,6 miliar. Dari pendapatan tersebut, PGN mencatatkan, Laba Bruto sebesar US$780,5 Juta, Laba Operasi sebesar US$592,2 Juta dan EBITDA sebesar US$1.216,8 juta.
Komentar Terbaru