JAKARTA– Proyek pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) dipersiapkan lebih matang kendati saat ini sudah ditandatangani kontrak oleh para investor untuk proyek pembangkit listrik sampai dengan 17.000 MW. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan urusan listrik sudah menjadi urusan negara, bukan urusan PT PLN (Persero) lagi.
Menurut Kepala Negara, target pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan industri dan pertumbuhan ekonomi. Presiden menginginkan pelaksanaan proyek itu dilakukan secara detail. “Pertanyaannya mampukah target itu kita penuhi? Kita mampu dan bisa, dengan catatan izin yang terlalu ruwet, terlalu lama, harus dipotong baik di kementerian, pusat maupun daerah,” katanya seperti dikutip Antara.
Jokowi juga meminta para investor pembangkit listrik yang bekerjasama dengan PLN untuk mempercepat penyelesaian pembangunan unit pembangkit listrik yang sudah terkontrak, sebelum 2020. Akselerasi pembangunan pembangkit listrik tersebut karena sejalan dengan misi awal pemerintah sebelum tahap berikutnya dikerjakan yaitu penyediaan transmisi listrik sepanjang 36 ribu kilometer diseluruh Indonesia. Hal itu juga sejalan dengan pemenuhan kebutuhan listrik nasional yang sudah dijanjikan Presiden.
“Mengapa saya minta dipercepat pembangunannya, itu karena kita punya misi berikutnya yang harus juga cepat diselesaikan yaitu pembangunan transmisi listrik 36 ribu kilometer untuk mengaliri listrik tersebut. Ini juga penting karena bila 1.000 Megawatt (MW) saja tidak selesai rakyat akan marah kepada saya,” ujarnya.
Sejumlah investor diminta mempercepat pembangunan pembangkitnya oleh presiden sebelum 2020. Proyek yang diminta untuk dikerjakan sebelum 2020 itu adalah PLTU Sulawesi Selatan berkapasitas 2X135 MW, pembangkit panas bumi di Nusa Tenggara Timur berkapasitas 2X55 MW, PLTG Meulaboh 80 MW, PLTU Batang 2X1.000 MW, dan PLTU Sumatera Selatan I Mulut Tambang dengan kapasitas terpasang 2×300 MW.
Sofyan Basyir, Direktur Utama PLN, mengatakan kontrak investor pada 17.340 megawatt merupakan pencapaikan besar di akhir tahun 2015. Pada Agustus 2015, kontrak tersebut baru mencapai 600 MW. “Kami berhasil mengukir sejarah baru. Penandatangan kontrak perjanjian jual beli listrik dan pembangunan pembangkit dalam program 35.000 MW dengan jumlah kumulatif lebih dari 17.000 MW,” jelas dia.
Investor pembangkit listrik tersebut berasal dari sejumlah Negara seperti Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Eropa. Nilai kontrak pembangkit tersebut mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 270 triliun. (DR)
Komentar Terbaru