JAKARTA – Nilai bisnis gas diproyeksikan akan meningkat seiring terbentuknya holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) migas yang menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara Tbk ke dalam PT Pertamina (Persero).
Jobi Triananda Hasjim, Direktur Utama PGN, mengatakan holding migas menargetkan salah satu peningkatan nilai bisnis adalah optimalisasi pasokan gas hingga mencapai 1.400 juta kaki kubik per hari (MMSFCD) .
“Pada 2025 diharapkan pasarnya makin luas. Ada optimalisasi pasokan, dulu mungkin 1.000 MMSCFD–1.200 MMSCFD besok bisa meningkat 1.400 MMSCFD,” kata Jobi saat konferensi pers di Kementerian BUMN Jakarta, Senin (21/5).
Selain peningkatan kemampuan menyerap pasokan, holding BUMN migas diproyeksikan akan mampu meningkatkan kapasitas pengelolaan gas nasional untuk bisa didistribusikan ke berbagai kebutuhan nasional. Dalam kajian holding migas diproyeksikan mampu mengelola gas hingga 6.000 MMSCFD.
Jobi mengatakan besarnya kapasitas volume gas yang dikelola karena integrasi infrastruktur yang dimiliki PGN dan Pertagas.
Holding BUMN migas diharapkan bisa meniru kegiatan operasi PT PLN (Persero) yang memiliki jaringan listrik merata di hampir seluruh wilayah.
Menurut Jobi, holding migas masih memiliki pekerjaan rumah, yakni kondisi pasokan gas di Jawa Barat yang kekurangan. Padahal di Jawa Timur disebabkan kekurangan pasokan tidak bisa dikoneksikan jaringan yang ada di barat dan timur.
“Kami iri dengan PLN yang bisa menghubungkan barat ke timur. Blind spot di Jawa itu ada Semarang, Cirebon dan Cilamaya. Kalau ada jaringan disana itu akan mengalir dari Jawa Barat ke Jawa Timur atau sebaliknya. Kami melakukan pendekatan di ruas tersebut, untuk melihat kemungkinan yang ada. Dengan bersatu dibawah induk Pertamina hal itu bisa jadi kenyataan,” ungkap Jobi.
Berbagai peningkatan dari sisi operasional tentu saja bisa meningkatkan kinerja keuangan ke capaian lebih positif. Sinergi dalam holding BUMN migas ditargetkan bisa menambah pemasukan secara bertahap setiap tahun.
PGN akan meningkatkan agresifitas pengelolaan gas sehingga nantinya Indonesia tidak perlu melakukan impor gas.
“Peningkatan pendapatan US$500 juta sampai US$ 1 miliar per tahun. Salesnya akan satu tim, untuk kedepan lebih agresif lagi ke pasar. Biar tidak bergantung sama impor,” tandas Jobi.(RI)
Komentar Terbaru