JAKARTA – Harga minyak mentah Brent berjangka untuk pengiriman Desember diperdagangkan pada US$67,29 per barel pada pukul 00.45 GMT, naik 53 sen dibanding penutupan akhir pekan lalu. Demikian pula minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), naik 61 sen atau 1,1% menjadi US$57,07 per barel.
“Radar bullish pasar masih menunggu OPEC+ untuk memberikan angka pemotongan yang cukup besar,” kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan untuk Asia Pasifik di broker berjangka Oanda di Singapura, seperti dikutip Reuters.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang secara de-facto dipimpin Arab Saudi mendorong kartel produsen dan sekutu-sekutunya untuk memotong pasokan satu juta hingga 1,4 juta barel per hari (bph) guna menyesuaikan perlambatan dalam pertumbuhan permintaan dan mencegah kelebihan pasokan.
Meski naik perdagangan pada Senin (19/11), harga minyak mentah masih tetap hampir seperempat di bawah tertinggi baru-baru ini pada awal Oktober. Kondisi ini terbebani lonjakan pasokan dan perlambatan pertumbuhan permintaan.
Di sisi permintaan, impor minyak mentah Jepang pada Oktober, yang terbesar keempat di dunia, tetapi sedang mengalami penurunan struktural karena populasi yang menurun dan meningkatnya efisiensi energi, turun 7,7% dari bulan yang sama tahun lalu menjadi 2,77 juta bph, Kementerian Keuangan mengatakan pada Senin.
Laporan mingguan Baker Hughes, perusahaan jasa energi, Jumat (16/11), menyebutkan perusahaan-perusahaan energi AS menambah dua rig minyak dalam seminggu hingga 16 November, sehingga jumlahnya menjadi 888 rig. Tingkat tertinggi sejak Maret 2015.
Akibat terjadi lonjakan pasokan dan perlambatan permintaan, pasar keuangan telah menjadi semakin waspada terhadap sektor minyak, dengan para manajer uang memotong taruhan bullish mereka pada minyak mentah berjangka dan opsi-opsi mereka ke angka terendah sejak Juni 2017.
Kelompok spekulan memotong posisi gabungan berjangka dan opsi mereka pada minyak mentah AS dan Brent selama pekan yang berakhir 13 November, ke tingkat terendah sejak 27 Juni 2017.(AT/ANT)
Komentar Terbaru