JAKARTA – Pemerintah baru saja mengumumkan penawaran atau lelang blok migas tahap II tahun 2024. Tidak tanggung-tanggung pemerintah mengklaim estimasi potensi cadangan migas di enam blok migas yang dilelang tembus 48 miliar barel setara minyak (Barrel Oil Equivalent/BOE). Jumlah itu tentu terbilang besar, 10% saja jumlah itu bisa dibuktikan dan diproduksikan maka produksi migas Indonesia akan langsung melejit.

Dari enam blok migas yang ditawarkan ada dua blok migas di wilayah Papua Barat yang paling mencuri perhatian. Pasalnya dua wilayah ini boleh dibilang jadi permata dalam lelang kali ini. Keduanya adalah blok Gaea dan Gaea II. Tidak tanggung-tanggung estimasi potensi cadangan gas yang terkandung dalam dua blok tersebut jika digabung mencapai 106,9 Triliun Cubic Feet (TCF). Jumlah itu tentu jauh diatas jumlah cadangan gas terbesar yang dimiliki Indonesia saat ini yakni di wilayah Natuna dengan potensi mencapai 46 TCF serta di Masela dengan cadangan gas yang siap diproduksikan sebesar 18,5 TCF.

Dadan Kusdiana, Pelaksana tugas Dirjen Migas Kementerian ESDM, mengakui bahwa estimasi potensi cadangan gas di Gaea dan Gaea II memang bukan main-main. Bahkan tidak hanya gas tapi di sana juga diperkirakan menyimpan cadangan minyak dalam jumlah tidak sedikit. “Dua ini (Gaea dan Gaea II) paling besar secara potensi diangka 30an miliar barel ekuivalen,” ujar Dadan di kantor SKK Migas, Selasa (4//12).

Blok Gaea memiliki potensi cadangan 9,6 miliar barel minyak (BBO) dan 71,8 TCF gas dengan skema kontrak Cost Recovery dan bagi hasil yang ditawarkan 55:45 untuk minyak dan 50:50 untuk gas. Lalu Gaea II dengan potensi minyak mencapai 8,5 BBO dan 35,1 TCF. Menggunakan skema cost recovery dan bagi hasil yang ditawarkan 55:45 untuk minyak dan 50:50 untuk gas.

Kedua blok di Papua tersebut dilelang melalui mekanisme lelang langsung. Artinya sudah ada kontraktor yang melakukan joint study di sana, sehingga hampir dipastikan dua blok itu bakal memiliki operator. Pemerintah belum mau beberkan calon operator di dua blok tersebut.

Pemerintah kata Dadan punya optimisme tinggi terhadap penawaran blok migas kali ini karena berbagai fasilitas pendukung telah diberikan.

Misalnya saja dari sisi bagi hasil atau split up to 45-50%, padahal dulu sekitar 15-30%. “Bonus tanda tangan jauh lebih rendah berkisar US$ 200-300 ribu. Dulu US$1-2 juta . Hal ini memang tidak produkstif mendorong eksplorasi produksi,” ungkap Dadan.

Sementara untuk jadwal lelang untuk penawaran langsung batas submit dokumen 17 Januari 2025. Reguler batas waktu lebih panjang 10 april 2025. “IPA tahun depan pengumunan lelang dan tanda tangan kontraknya,” kata Dadan. (RI)