JAKARTA – Mitsubishi Heavy Industries, Ltd (MHI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) memperpanjangan kemitraan penelitian dan pengembangan untuk mendukung pengembangan pembakaran bahan bakar yang lebih bersih, berdasarkan penelitian yang dilakukan tahun lalu tentang pembangkit listrik berbahan bakar amonia menggunakan turbin gas dengan analisis dan uji coba lanjutan.

Kolaborasi ini bertujuan untuk mendorong MHI dan merek solusi dayanya, Mitsubishi Power, agar mengintegrasikan teknologi yang telah terbukti pada turbin gas H-25, serta memfasilitasi realisasi co-firing amonia di Indonesia. Hal ini akan mencakup pengembangan peralatan dan pengujian pembakaran bahan bakar ini untuk keperluan pembangkit listrik.

“Minat terhadap amonia telah meningkat, tidak hanya sebagai pembawa energi tetapi juga sebagai bahan bakar bebas karbon. Rekam jejak kami dengan hidrogen dan amonia yang telah terbukti, serta kolaborasi yang menjanjikan dengan ITB telah menunjukkan potensi kelayakan pemanfaatan bahan bakar yang lebih bersih di Indonesia. Gabungan keahlian teknis dan penelitian kami diharapkan dapat memicu ide-ide baru dan memberikan hasil yang dapat diandalkan, mempercepat transisi energi Indonesia,” kata Masanori Yuri, Senior Manager GTCC Business Division of Energy Systems MHI, dalam keterangannya, Jumat (17/11).

Prof I Gede Wenten, Wakil Rektor ITB, mengatakan pergeseran ke arah sumber energi yang lebih bersih memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon, yang berkontribusi pada mitigasi pemanasan global dan perubahan iklim. “Inisiatif penelitian kolaboratif kami dengan MHI berpusat pada pengembangan teknologi pembakaran bahan bakar yang lebih bersih pada pembangkit listrik, yang mana hal ini akan mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil. Saya optimis bahwa upaya gabungan kami akan merumuskan solusi yang tepat untuk amonia pada pembangkit listrik, yang pada akhirnya akan mengatalisasi dekarbonisasi jangka panjang di Indonesia,” katanya.

Pada 2020, MHI dan ITB menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk melakukan penelitian bersama mengenai solusi energi bersih generasi mendatang dan analisis big data yang berkaitan dengan pembangkit listrik. Berlandaskan keberhasilan kolaborasi ini, pada Februari 2022, kedua mitra sepakat untuk memperpanjang MoU selama lima tahun.

Pada 2022 MHI dan ITB menandatangani perjanjian baru yang berfokus pada pembangkit listrik berbahan bakar amonia di Asia Green Growth Partnership Ministerial Meeting (AGGPM) ke-2. Perjanjian saat ini adalah evolusi dari hasil yang dicapai berdasarkan perjanjian sebelumnya, yang merupakan studi tahun kedua dan komponen integral dari perjanjian 2022.

Berdasarkan MoU 2020 yang menargetkan dekarbonisasi sektor energi Indonesia, studi kelayakan bersama telah dilakukan terhadap sumber energi baru, yang mencakup hidrogen dan amonia, serta sistem kendali kualitas udara (AQCS) dan solusi jaringan mikro. MHI dan ITB juga mengadakan kegiatan kuliah umum bersama (joint lecture) untuk mempersiapkan para insinyur menghadapi masa depan Indonesia, yang membahas berbagai topik seperti analisis big data, energi biomassa, penggunaan hidrogen, dan pengembangan AQCS.

MHI, dengan dukungan dari merek solusi dayanya, Mitsubishi Power, berkomitmen untuk memberikan dampak jangka panjang terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia di sektor energi. Hal ini dilakukan untuk mendukung target Indonesia mencapai emisi nol (net-zero) pada tahun 2060, yang mencakup potensi pemanfaatan hidrogen dan amonia ramah lingkungan.(RA)