JAKARTA – Pemerintah kembali mendorong metode Enhance Oil Recovery (EOR) sebagai cara untuk meningkatkan produksi minyak. Bahkan, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) kelas kakap dipanggil dan diminta untuk segera mengimplementasikan EOR.
Tutuka Ariadji, Guru Besar Program Studi Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan ada satu cara yang bisa dilakukan pelaku usaha untuk bisa membuat metode EOR masuk secara keekonomian. Ini penting karena pelaku usaha kerapkali menjadikan mahalnya ongkos EOR sebagai alasan untuk tidak mengimlementasikannya.
Selama ini, kata Tutuka, perusahaan migas di Indonesia baru melakukan pilot project EOR hanya di satu sampai dua sumur. Dengan cara itu tentu biaya yang diperlukan menjadi lebih besar.
“Itu ada caranya, sumuran dulu. Per sumur dulu trial per sumur terus menjadi sumuran, tapi dalam rangka untuk full field. Satu tok itu, harus dilakukan agak banyak, masif. Jangan nyoba selesai nyoba. Harus ada planing full field,” kata Tutuka di Jakarta, Selasa (3/12).
Menurut Tutuka, jika menggunakan metode sumuran maka tidak diperlukan belanja modal (capex) baru yang jumlahnya besar, melainkan bisa dibebankan pada biaya operasional (opex). Ketika sudah dilakukan sumuran dan terlihat hasilnya baru ditingkatkan menjadi full field. Pada tahapan itulah baru diperlukan investasi tambahan.
“Kalau sumuran enggak (investasi baru), opex saja. Kalau sudah berkembang, sudah ada hasilnya baru itu full field baru ada biaya disitu,” ujarnya.
EOR kata Tutuka menjadi cara ampuh untuk meningkatkan produksi minyak nasional. Dalam data yang ada bahkan kegiatan EOR bisa meningkatkan cadangan minyak nasional sebanyak dua kali lipat. Dengan meningkatnya cadangan maka produksi juga bisa ditingkatkan.
Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan setidaknya ada 1,5 miliar – 1,7 miliar barel potensi cadangan yang bisa ditingkatkan menjadi cadangan siap diproduksi dengan metode EOR.
“Kalau cadangannya EOR 1,5 miliar-1,7 miliar barel. Secara bertahap 100 berel dulu, 200 barel, 1.000 barel, 2.000 barel, programnya sumuran dulu,” kata Djoko.(RI)
Komentar Terbaru