BENGKALIS – Kantong Semar atau Nephentes dikenal sebagai tumbuhan karnivora, pemangsa serangga dan hewan-hewan kecil. Kantong Semar termasuk tumbuhan yang sangat unik dan dilindungi. Di wilayah kaya minyak seperti di Riau, kantong semar sebenarnya bisa saja ditemui di banyak tempat tapi karena ketidaktahuan masyarakat sang tumbuhan karnivora terancam kelestariannya.
Eduwisata Arboretum Gambut Marsawa, di Sungai Pakning jadi salah satu tempat yang fokusnya adalah melestarikan kantong semar. Di tempat ini, ada sekitar tujuh spesies Nephentes. Dua diantaranya berstatus dilindungi yakni Nephentes Sumatrana, Nephentes Spectabilis.
Sadikin, penggagas Arboretum Gambut menjelaskan, lahirnya pusat eduwisata gambut terbesar di Provinsi Riau ini. Saat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sungai Pakning terjadi pada tahun 2014 -2015, terdapat lahan seluas 1.1 ha yang tidak terbakar.
“Lahan tersebut memiliki biodiversitas khas gambut yang beragam seperti meranti, mentangor, gaharu, geronggang, gelam, dan berbagai jenis kantong semar (nephentes) sehingga masyarakat tergerak untuk menjaga kelestarian ekosistem lahan ini melalui Kegiatan Konservasi secara mandiri,” kata Sadikin saat ditemui di eduwisata Marsawa, Senin (6/9).
Sadikin berharap bisa terus mengembangkan Arboretum Gambut, dengan fasilitas penunjang seperti Saung Edukasi, Rumah Bibit dan Musholla sehingga bisa meningkatkan minat masyarakat untuk minimal mengatahui keanekaragaman hayati di sekitar mereka.
Manfaat keberadaan Arboretum Gambut dianggap sesuai dengan visi tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) disekitar wilayah operasinya. Pertamina melalui Kilang Pertamina Internasional (KPI) merasa perlu terlibat dan ikut turun tangan membantu pengembangan Arboretum Gambut Marsawa.
Kini eduwisata itu telah menjadi lokasi konservasi tanaman khas gambut serta pembibitan Kantong Semar. Bagi siswa-siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Bukit Batu, lokasi ini menjadi tujuan outbond sekolah dengan materi Pendidikan Cinta Lingkungan Dini dan Pengenalan Ekosistem Gambut.
Imam Rismanto, Area Manager Comrel & CSR RU II Dumai, menuturkan Arboretum Gambut Marsawa lambat laun menjadi Laboratorium bagi siswa-siswi Sekolah Dasar untuk mempelajari lebih lanjut karakteristik lahan gambut, penanaman pohon, dan cara mencegah terjadi kebakaran di lahan gambut.
“Selain itu, lokasi ini juga menjadi objek penelitian skripsi, tesis, serta disertasi bagi mahasiswa yang memiliki topik penelitian terkait biodiversitas di lahan gambut,”kata Imam.
Di masa pandemi, Arboretum Gambut sebagai sarana pendidikan dan penelitian keragaman hayati harus beradaptasi agar keberadaan Arboretum Gambut Marsawa bisa dimanfaatkan untuk kepentingan edukasi dan penelitian.
“Awal pandemi tahun 2020, Arboretum Gambut sempat ditutup. Kemudian setelah berdiskusii bersama masyarakat dibuka kembali, dengan membatasi kunjungan dan menerapkan protokol COVID-19. Kami juga menambahkan fasilitas Marsawa Cafe. Area terbuka sebagai tempat berdiskusi yang dilengkapi dengan kantin dan sarana promosi produk masyarakat,” kata Imam.
Belum lama ini, Arboretum Gambut Marsawa juga menjadi pusat kegiatan Research Grant yang diikuti oleh mahasiswa dari kampus-kampus di provinsi Riau. Selain menjadi lokasi penelitian, Arboretum Gambut juga menjadi sentra pembuatan pupuk kompos yang digunakan oleh para petani Nanas lahan gambut.
Arya Dwi Paramita, VP CSR & SMEPP Management PT Pertamina (Persero), mengungkapkan program yang dilaksanakan Pertamina Kilang Unit Produksi Sei Pakning bersama masyarakat mewujudkan Arboretum Gambut sebagai implementasi dari salah satu Sustainable Development Goals (SDGs) ke-15 yakni menjaga ekosistem darat.
“Praktek ini juga sejalan dengan upaya perusahaan dalam melindungi keanekaragaman hayati, dan sejalan dengan praktek ESG (Environment, Sosial and Governance) yang menjadi komitmen perusahaan,”jelas Arya.
Komentar Terbaru