Judul : Memintal Kebersamaan Mencapai Kemandirian
Penulis : Dita Aprilia dkk
Ukuran : 15 cm x 23 cm
Tebal : x + 117 halaman
Cover : Soft cover
Kehadiran perusahaan minyak dan gas (migas) nasional di wilayah remote dan perbatasan setidaknya memiliki dua makna. Pertama, mereka akan memberikan sumbangan bagi ketahanan energi nasional apabila kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukannya menemukan cadangan migas yang signifikan. Kedua, aktivitas migas perusahaan nasional menjadi perwakilan untuk memperkuat kehadiran Indonesia di daerah perbatasan.
Selama ini, harus kita akui wilayah perbatasan masih miskin dari perhatian pemerintah sehingga mereka sebagian besar masuk kategori daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Dampaknya, masyarakat di sana tidak mengetahui wajah Indonesia secara utuh. Masyarakat di Sebatik, misalnya. Sebelum ada Sekolah Tapal Batas yag dibantu PEP Tarakan Field, anak-anak lebih mengenal lagu kebangsaan Malaysia ketimbang Indonesia Raya.
Dalam konteks kebangsaan itu, kehadiran perusahaan migas di wilayah seperti itu, seperti yang dilakukan PT Pertamina (Persero) dan anak perusahaannya, tentu sangat penting karena akan menambah pengetahuan masyarakat setempat tentang Indonesia sekaligus mendorong munculnya rasa cinta Tanah Air. Bahkan, dengan berbagai program CSR, Pertamina mampu mendorong perekonomian masyarakat dan kelestarian lingkungan wilayah perbatasan.
Salah satunya Kelompok Usaha Bersama Disabilitas Batik (Kubedistik) yang jejak perjalananya direkam dalam buku “Memintal Kebersamaan Mencapai Kemandirian“, yang diterbitkan VDE Publishing. Pertamina EP (PEP) Tarakan Field dan didukung pemerintah daerah terus memompa semangat berdikari pada kelompok yang resmi berdiri pada 2019 ini
“Tarakan Field melalui Kubedistik membantu dan mencoba menyadarkan kawan-kawan disabilitas bahwa mereka punya potensi untuk dikembangkan,” kata Isrianto Kurniawan, Field Manager PEP Tarakan, yang merupakan bagian dari PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) sebagai Subholding Upstream Regional 3 Kalimantan Zona 10.
Pada tahun pertama program, sekitar 23 penyandang disabilitas yang bergabung dalam Kubedistik.Mayoritas penyandang tuna rungu dan tuna wicara. Mereka tinggal di Kampung Satu, Kampung Empat, Kampung Enam, Pamusian, Sebengkok, Markoni, Karang Anyar dan Memburungan. Pada saat ini, jumlahnya bertambah menjadi 26 orang.
Membina penyandang disabilitas bukan perkara mudah. Sonny merasakan adanya berbagai hambatan, terutama komunikasi dengan penyandang tuna rungu, karena dia tidak menguasai bahasa isyarat. “Saya dibantu oleh Pertamina yang membuat aplikasi Kubedistik Talk agar komunikasinya lancar. Komunukasi dengan aplikasi ini memang satu arah, tapi relasinya mulai cair. Saya dapat menyampaikan cara membatik yang benar mulai kain putih sampai siap untuk dijual,” ungkap Sonny Lolong, pionir batik di Kaltara yang ikut membidani kelahiran Kubedistik
Aplikasi Kubedistik Talk memanfaatkan teknologi pengenalan ucapan otomatis dari Google. dengan menjalankan transkripsi ucapan dan suara secara real-time di layar sehingga pengguna dapat berpartisipasi dalam percakapan atau diskusi. Pengguna dapat berpartisipasi aktif dalam percakapan dengan mengetik respons di layar sehingga bisa dibaca peserta atau anggota Kubedistik yang lain.
Hambatan lainnya adalah semangat dan emosi anggota Kubedistik yang labil. Mereka banyak yang lebih senang bermain. “Tetapi itu adalah sebuah proses. Saya berniat baik untuk mengajarkan cara membatik. Pelan tapi pasti ilmu itu bisa tersalurkan kepada mereka. Adik-adik di komunitas memiliki talenta untuk membuat motif batik bagus dan unik, tinggal saya mengarahkan sehingga motif batik itu mempunyai nilai jual,” katanya.
Selain menciptakan inovasi Kubedistik Talk Pertamina menggelar pelatihan produksi, mendirikan Rumah Batik Kubedistik, dan mempromosikan produk batik hasil kelompok Kubedistik. “Setelah melalui sejumlah proses, maka dari kegiatan itu, produk yang dihasilkan berupa batik ramah lingkungan dengan motif khas Tarakan,” imbuhnya.
Menurut Sonny, batik yang dibuat oleh kelompoknya ramah lingkungan. Hal itu dibuktikan dari penggunaan pewarna alam dalam proses pembatikan. Banyak limbah tumbuhan yang bisa diolah menjadi pewarna alam salah satunya limbah kulit pohon bakau (mangrove). Kubedistik juga mengkreasi canting khusus untuk membatik yang mudah digunakan penyandang disabilitas.
“Kubedistik menjadi satu-satunya kelompok yang punya instalasi pengelolaan air limbah. Hingga kini sudah enam motif batik sudah mendapatkan HAKI. Tiga motif di antaranya ada kaitannya dengan Pertamina dan lainnya motif lokal Tarakan,“ katanya. Motif itu adalah Pagun Patra, Telaga Patra, Rig Patra, Burung Enggang, Enggang Sejoli, dan Pakis Pesisir.
Sony berharap program Kubedistik bisa direplikasi baik untuk di dalam maupun luar Kota Taraka. Sesuai peta jalan dan rencana kerja 2023, dia siap menggandeng kelompok termarjinalkan. “Saya berharap Kubedistik tidak hanya untuk kaum disabilitas, tapi jadi kelompok untuk kaum yang termarjinalkan, yang punya HIV, atau mantan napi. Kubedistik bisa direplikasi di luar Tarakan dan bisa menjadi inspirasi kelompok rentan lainnya bahwa setiap orang mampu untuk menciptakan mimpinya,” katanya.
Program Kubedistik sejak 2019 telah menghasilkan sejumlah manfaat dan pemcapaian. Berdasarkan sustanability compass, dari aspek lingkungan berupa 360 kg/tahun limbah bakau dimanfaatkan sebagai pewarna batik, 6.600 kg CO²e/tahun berupa berkurangnya emisi, 360 kg/tahun limbah sisa pewarnaan bakau diolah menjadi pupuk kompos oleh KSM Ramah Lingkungan.
Dari aspek ekonomi berupa pendapatan kelompok dari penjualan batik senilai Rp143 juta per tahun, rata-rata pendapatan anggota kelompok dari produksi batik sebesar Rp1,3 juta per bulan, serta efisiensi biaya pengelolaan lingkungan sekitar Rp17,5 juta.
Kemudian dari aspek sosial (wellbeing) sebanyak 22 anggota Kubedistik telah berdaya dan terciptanya Inklusivitas kelompok, Kubedistik menjadi pelopor batik khas Tarakan dan pembatik ramah lingkungan yang pertama di Tarakan. Nilai IKM mencapai 93,95 yang berarti program ini termasuk kategori sangat baik dan nilai SROI 2,48.
Terakhir dari aspek sosial yaitu 12% penyandang disabilitas usia produktif Kota Tarakan berdaya, didapatnya 3 HAKI untuk karya seni motif batik, terbangun satu unit Rumah Batik Disabilitas, satu kelompok disabilitas Kota Tarakan, seorang fasilitator batik warna alam dan dua akademisi sebagai pendamping,“ beber Isrianto.
Perkembangan Kubedistik ini berdampak positif pada perkembangan Kota Tarakan.
Kota ini ditabalkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu kota inklusif untuk penyandang disabilitas. Perekonomian juga ikut bergerak karena permintaan batik terus meningkat. Terutama sejak Pemerintah Kota Tarakan mulai tahun ini resmi mewajibkan ASN menggunakan Batik Tarakan yang salah satunya hasil karya Kubedistik.
Selain program Kubedistik, Buku ini tentu saja berisi perjalanan dan dinamika pemberdayaan masyarakat lainnya yang dilakukan perusahaan lain yang tergabung dalam SHU Regional 3 Zona 10 seperti Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), PEP Bunyu Field dan Field Tarakan Field.
Anda akan menemukan kisah tentang pengembangan kopi luwak yang menjadi dambaan para pecinta kopi, peternakan madu kelulut, dan inovasi lain seperti penggunaan serbuk gergaji untuk menangani sumur loss.
Komentar Terbaru