JAKARTA – Indonesia masih membutuhkan pemain besar industri migas dunia jika mau terus menahan atau bahkan mengejar target peningkatan produksi migas nasional. Sayangnya satu persatu pemain besar industri migas internasional perlahan tapi pasti justru meninggalkan tanah air. Setelah Total, kini Chevron dan Shell bakal segera menyusul.
Tumbur Parlindungan, praktisi migas sekaligus mantan presiden Indonesia Petroleum Association (IPA), mengatakan kalau Indonesia mau meningkatkan produksi dan mengejar target satu juta barel minyak per hari setidaknya harus ada penemuan lima blok migas yang levelnya sama seperti Blok Cepu dan harus ditemukan dalam lima tahun ke depan.
“Dan kita butuh investasi yang sangat besar sekurang-kurangnya US$12 miliar-US$13 miliar dalam waktu singkat. Itu akan sangat sulit kalau Indonesia melakukan sendiri,” kata Tumbur dalam diskusi virtual, akhir pekan lalu.
Sayangnya kebutuhan akan investasi besar justru tidak didukung oleh pemerintah. Pelaku usaha merasakan hal itu dari penerapan aturan yang tumpang tindih.
“Banyak aturan-aturan kolaborasi sama stakeholser ini sering tumpang tindih aturan. Kita ngga punya satu panduan, sekarang semua ada aturan masing-masing ada PNBP masing-masing ini yang bikin bentrok,” ungkap Tumbur.
Sekitar 50 tahun lalu beberapa perusahaan dunia nyaman berinvestasi di Indonesia, seperti Total, Chevron, ExxonMobil, Arco yang belakangan diakuisisi BP dan sederet nama besar perusahaan internasional lainnya yang membawa banyak dana untuk berinvestasi. Tapi kini perlahan para perusahaan itu memilih keluar dari Indonesia.
Menurut Tumbur, pada tahun 80-an itu bisa dilakukan 150-an pengeboran eksplorasi, tapi kini maksimal setiap tahun hanya sekitar 20 pengeboran sumur eksplorasi. Penemuan cadangan migas penting apalagi Indonesia berambisi untuk memajukan industri petrokimia.
Selama ini jika bicara refinery atau petrokimia itu tergantung pada bisnis hulu. Karena itu sektor hulu migas harus dibantu untuk melakukan investasi dengan baik. Dan pemerintah memberikan koridor untuk berinvestasi yang lainnya downstream dan midstream pasti akan terpenuhi.
“Ini adalah perusahaan yang pernah bereksplorasi di Indonesia atau sudah tidak ada lagi atau sudah hilang atau sudah beli yang pernah berinvestasi di Indonesia dalam 50 tahun terakhir mereka adalah eksplorer yang menemukan banyak cadangan, kita butuh mereka kembali atau tidak? itu harus dijawab dulu” tegas Tumbur.
Jika Indonesia mau tingkatkan produksi butuh perusahaan yang mau berinvestasi baik itu big company maupun junior company. Tapi yang terjadi sekarang perusahaan justru kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah lantaran seringnya terjadi berbagai perubahan di tengah kontrak yang sedang berjalan.
“Mereka (perusahaan) menandatangani kontrak tapi kita tidak pernah menghargai kontrak kemudian kesucian kontrak ini sesuatu yang tidak bisa di negosiasikan ini satu yang kerap terjadi Indonesia,” kata Tumbur.
Tumbur mencontohkan perubahan harga gas untuk industri dan pembangkit listrik yang tidak menghormati kontrak. Meskipun bagian negara yang dipangkas tapi dia menegaskan tetap ada dampak bagi perusahaan. Selain itu jika ada perubahan kebijakan atau regulasi pasti industri hulu yang diminta untuk berubah.
“Karena hulu Migas kita bicara 30 tahun kedepan begitu kita tanda tangan sekarang sudah ada rencana 30 tahun untuk pengembalian investasi Seperti apa jangan sampai di tengah jalan dirubah ini yang terjadi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir,” ujarnya.
Keberadaan perusahaan migas dunia sangat penting bagi kelangsungan bisnis migas nasional serta ekonomi Indonesia. Bisnis hulu migas kata Tumbur telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia dalam waktu cukup lama. Chevron misalnya sejak beroperasi di blok Rokan sampai sekarang umurnya sudah 50 tahun lebih. Jadi ketika ada penemuan cadangan baru yang besar maka umurnya juga tidak akan jauh berbeda dan multipllier effect yang dihasilkan juga tidak sedikit.
“Jika kita melihat kontribusi Migas hampir 80% dari ekonomi di Indonesia digerakkan dari Migas khusus upstream. Indonesia 70 tahun bisa Merdeka bisa seperti sekarang ini digerakkan hulu Migas itu harus kita akui dulu buat Indonesia seperti sekarang ini itu karena Migas kadang kita lupa dengan sejarahnya,” kata Tumbur. (RI)
Komentar Terbaru