JAKARTA – Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) mengaku gerah dengan tindakan PT Rekayasa Industri (Rekind), anak usaha dari PT Pupuk Indonesia yang tidak kunjung memulai pembangunan pipa gas transmisi Cirebon- Semarang (Cisem). Padahal seremonial groundbreaking pembangunan pipa telah dilakukan pada Februari 2020.
M Fanshurullah Asa, Kepala BPH Migas, mengatakan kontraktor yang membangun pipa transmisi gas Cisem sudah ditetapkan sejak Maret 2006 melalui proses lelang yang dimenangkan Rekind. Namun sejak ditetapkan sebagai pemenang, Rekind tidak kunjung membangun pipa dengan panjang 255 kilometer (km) tersebut. Bahkan sejak groundbreaking hingga kini progress pembangunan pipa masih 0%.
BPH Migas akan kembali memanggil direksi Rekind bahkan bila perlu direksi induk usahanya, PT Pupuk Indonesia.
Menurut Fanshurullah, salah satu kendala yang dikeluhkan Rekind adalah belum adanya Gas Transportation Agreement (GTA) atau perjanjian pengangkutan gas dengan calon shipper.
“Kami akan memanggil Rekind dan pimpinan Pupuk Indonesia disaksikan Komisi VII. Ini Rekind mau sungguh-sungguh apa nggak? Dia kan sudah janji, makanya groundbreaking Februari. Tapi sejak itu nggak jelas juga, malah poco-poco (maju mundur) juga,” kata Fanshurullah di Gedung DPR, Selasa (15/9).
Rekind sudah melakukan pendekatan dengan beberapa perusahaan yang nanti akan menjadi shipper. Nantinya para shipper yang akan mencari konsumen akhir gas yang akan melalui ruas pipa transmisi Cisem. Tapi hingga kini konsumen gas juga belum didapatkan.
Fanshurullah menegaskan BPH Migas mengancam akan mencabut izin pembangunan pipa dan melakukan lelang ulang jika tidak ada itikad baik dari Rekind. ”Kami mau minta komitmennya. sungguh-sungguh enggak mau bangun? Kalau enggak nanti kami lelang ulang atau cabut izin pembangunan pipanya,” kata dia.
Untuk tarif toll-fee tidak akan ada perubahan atau sesuai dengan hasil lelang terdahulu yakni US$ 0,36 per MMBTU.
Pipa Cisem memiliki diameter 28 inchi dengan panjang 255 km dan berkapasitas pengangkutan gas sekitar 350-500 kuta kaki kubik per hari (mmscfd) dengan total perkiraan biaya investasi mencapai US$ 169,41 juta.
Menurut Fanshurullah, permintaan gas yang selama ini dikeluhkan Rekind sehingga belum membangun Pipa Cisem sudah tidak relevan karena disepanjang jalur pembangunan pipa sudah ada beberapa kawasan industri yang siap beroperasi beberapa tahun mendatang.
“Kan ini proyek bukan jual pisang goreng, tapi 30-40 tahun. Demand diciptakan jangka panjang, kan sudah ada Kendal, Batang, ada Balongan , potensi sudah ada. Pertagas saja sudah bangun Gresik – Semarang,” ungkap Fanshurullah.
Dia memastikan untuk pasokan gas sudah ada kepastian dari lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) yang akan mengalir melalui pipa Gresik – Semarang. Total komitmen gas yang bisa dipasok dari JTB untuk melalui pipa Cisem sendiri mencapai sekitar 170an mmscfd.
BPH Migas kata Fanshurullah juga sudah melakukan pembicaraan dengan Pertamina Group terkait GTA dan distribusi gas kepada konsumen . Serta meminta Rekind untuk memulai pembangunan tahap awal ruas Semarang – Kendal. “Dikarenakan sudah terdapat calon shipper yaitu PT Pertagas
Niaga yang sudah mendapatkan alokasi gas,” kata Fanshurullah.(RI)
Memang jangka waktu operasi 30-40 tahun. Tapi kalau blm ada sign contract Shipers gasnya, uang tekind kan mangkrak cash flow rekind ngak jalan dri cisem.
Bph migas kenapa harus bawa komisi VII, inikan politis. Sedangkan keluhan Rekind tidak dijawab. BPH Migas ini maksudnya agar namanya tidak jelek di mata Komisi VII, mau lempar batu sembunyi tangan. Coba papar tanggung jawab BPH Migas sesuai kontrak ke Komisi VII saat RDP, baru Rekind dituduh.