JAKARTA – Rencana menghentikan operasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya khususnya untuk unit 1-4 dan menggantikannya dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sudah masuk dalam agenda pemerintah dan PT PLN (Persero). Hanya saja ada satu kendala dalam rencana tersebut yakni masalah komersialisasi.
Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan PLTU Suralaya digunakan sebagai jaminan oleh PLN untuk meminjam dana dari pihak eksternal. Oleh karena itu operasional PLTU tidak bisa serta merta dihentikan.
“PLN melakukan pendanaan keluar, saya dengar itu diagunkan PLTU Suralaya sehingga ada hambatan-hambatan dari sisi komersialnya untuk dilakukan percepatan,” kata Dadan kepada Dunia Energi, belum lama ini.
Selain itu dari sisi efisiensi dan kinerja, meskipun menjadi salah satu PLTU paling tua di tanah air, PLTU Suralaya memiliki performa yang cukup apik. Apalagi PLTU Suralaya adalah PLTU penopang sistem kelistrian Jawa Madura Bali (Jamali). Untuk itu penggantinyapun seharusnya memiliki kapasitas yang sepadan.
“Semangatnya tetap (ganti), tapi prosesnya cukup berliku. Itukan PLTU Suralaya pembangkit utama di sistem Jamali. Dalam prosesnya PLN juga melakukan revitalisasi perbaikan, sehingga meskipun tua secara efisiensi, kinerja performance bagus,” ungkap Dadan.
PLTS yang akan menggantikan PLTU Suralaya tidak secara khusus terdapat di Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), namun dalam RUPTL sudah ada target peningkatan kapasitas PLTS. Untuk memenuhi target tersebut bisa dengan membangun PLTS yang menggantikan PLTU Suralaya.
Menurut Dadan, sejauh ini konsep penggantian PLTU yang sudah berumur tua akan dilakukan bersama dengan mitra usaha. Saat ini PLN sedang menjajaki kerja sama dengan pihak lain untuk melakukan transformasi PLTU menjadi pembangkit berbasis EBT.
“PLTU yang sudah mendekati pensiun itu ditransformasi transisi dengan secara business to business. Setahu saya PLN sedang berkomunikasi dengan pihak luar mencari investor yang nantinya pada bagian pemerintah ditawarkan dengan konsep secara gradual. Anda harus menambah EBT-nya nanti ini akan hilang yang sudah tua. tapi prosesnya transisi lebih smooth,” ungkap Dadan.
Dadan menegaskan rencananya paling lambat tahun 2028 PLTU Suralaya unit 1-4 sudah digantikan oleh pembangkit EBT. “Saya melihat mungkin diangka tahun 2028 kalau lihat PLN ya tapi saya itu juga pas pensiun jadi mungkin maunya bisa dipercepat tapi ini fungsinya komersial ya tapi PLN sudah bergerak intinya PLN sudah ada niat,” kata Dadan.
Dalam target pemerintah yang dicanangkan oleh Kementerian ESDM pada 2025 nanti kapasitas PLTS akan mencapai 5.130 Megawatt (MW) meningkat jauh ketimbang tahun ini yang ditargetkan hanya 280 MW. Kemudian kapasitasnya akan melesat hingga 2035 nanti mencapai 17.687 MW.
PLTU Suralaya adalah salah satu PLTU paling tua di Indonesia yang dibangun pada 1985. PLTU Suralaya yang sekarang sudah memiliki tujuh unit merupakan salah satu pembangkit utama guna memasok listrik untuk wilayah Jawa bagian barat, selain PLTU Muara Karang di Jakarta Utara dan PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap) Cilegon.(RI)
Komentar Terbaru