DENPASAR – Program Electrifying Agriculture yang digagas PT PLN (Persero) tentunya tidak akan berjalan lancar tanpa adanya dukungan dari berbagi pihak, terutama para petani. Di sinilah peran Anak Agung Gede Agung Wedhatama, pendiri Petani Muda Keren (PMK), hadir mendukung petani melakukan transformasi di sektor pertanian dengan memberi sentuhan modernisasi dan digitalisasi.
Optimalisasi teknologi digital berbasis listrik tersebut juga telah terbukti meningkatkan produktivitas. Upaya ini juga sejalan dengan semangat G20 yang salah satunya mendorong optimalisasi teknologi digital untuk meningkatkan kesejahteraan.
Agung Wedha, sapaan akrabnya, mengajak para petani untuk mengembangkan pertanian dengan sistem organik dan menerapkan bisnis yang berkelanjutan dari hulu sampai hilir. Di hulu, proses bertani kini menerapkan konsep smart farming, digitalisasi dan internet of things (IoT).
Di sisi hilir, PMK membuat koperasi petani muda keren yang bertugas memasarkan produk-produk pertanian yang sudah panen di hulu. Hasil pertanian tersebut pun telah merambah pasar internasional.
“Di hilir kita ada unit-unit bisnis koperasi yang memasarkan dari ritel, online, B2B sampai dengan pameran. Sejak 2017, kita sudah mengekspor produk pertanian Bali ke Timur Tengah, China, hingga Eropa,” ujarnya.
Atas aksi inspiratifnya itu, Agung Wedha meraih Eletrifying Heroes Gold Apreciation dalam ajang penghargaan Wirausaha Tangguh PLN 2021.
Sejatinya pria lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) ini menggeluti usaha pada sektor pertanian sejak 2013. Saat itu, ia memulai usahanya pada pengembangan pembuatan pupuk, penanaman, dan budidaya pada para petani melalui PT Wedhatama Sukses Makmur.
Bagi pria kelahiran Singaraja ini, dunia pertanian adalah pekerjaan mata rantai yang tidak boleh terputus. Di hulu membuat produk yang baik dan berkualitas, sedangkan di hilir juga harus bisa memasarkan produk yang dibuat.
Setelah berkecimpung beberapa lama, pada 2017 ia melihat banyak permasalahan di dunia pertanian salah satunya adalah di pasar panen. Lulusan S2 Master of Information and Technology Universitas Gajah Mada (UGM) ini memutuskan untuk membuat komunitas PMK.
Karena permasalahan besar di dunia pertanian adalah aktivitas pertanian yang terputus. Melalui PMK ia menawarkan harga yang baik untuk petani sedangkan konsumen mendapatkan kualitas produk yang baik dan harga yang kompetitif.
Kerja kerasnya mampu dibuktikan dengan omzet yang mampu dia kantongi. Saat ini, omzet usahanya telah berkembang hingga puluhan kali lipat.
Agar komunitas yang ia lahirkan dapat terus berkembang, Agung berpedoman kepada pilar 5K, yakni Komitmen, Komunitas, Kolaborasi, Kontribusi, dan Keren.
Pilar pertama berarti untuk dapat menjadi petani muda keren, maka harus mau berkomitmen menjadi petani yang fokus dalam satu bidang, sehingga bisa menjadi ahli di bidangnya.
“Kedua adalah dengan berkomunitas, untuk menjadi petani yang maju, semuanya harus bersatu. Dengan berkomunitas, segala permasalahan pertanian bisa kita mitigasi, kita urai bersama,” katanya.
Pilar ketiga PMK yakni wajib berkolaborasi, seperti saat ini dengan PLN maupun stakeholder lain, apa yang tidak mungkin menjadi mungkin, apa yang sulit menjadi mudah. Sementara pilar keempat wajib berkontribusi, karena giving is the best communication.
“Yang terakhir harus menjadi petani keren yang melek digitalisasi, IoT, smart farming, dan marketing, serta elektrifikasi dalam menjadi petani modern,” kata Agung Wedha.
Transformasi sektor pertanian saat ini telah bergerak ke arah digitalisasi. Menggunakan peralatan modern dengan dukungan teknologi digital yang membuat ketertarikan tersendiri bagi kalangan anak muda untuk menekuni bidang pertanian. Mulai dari alat produksi, operasional, sampai ke jalur distribusi dan penjualan sudah bisa memanfaatkan marketplace digital yang memudahkan menjangkau pembeli di manapun bahkan sampai ke luar negeri.
Kini komunitas PMK yang jumlahnya sudah mencapai ribuan petani pun sudah menjalar ke seluruh Indonesia, bahkan sampai Papua juga ada. Melalui PMK, Agung Wedha terbukti berhasil menyadarkan anak-anak muda bahwa menjadi petani itu keren, dan menjadi kekuatan utama bangsa ini.
Agung Wedha mengakui, tanpa adanya dukungan dari PLN, visi petani modern tidak akan bisa tercapai. Sebab smart farming, mekanisasi dan digitalisasi, baru dapat diwujudkan dengan menggunakan listrik yang disuplai oleh PLN.
“Untuk proses mekanisasi, penghidupan pompa, distribusi air, irigasi, sprinkle penyiram tanaman juga alat-alat lainnya kini kami gunakan yang berbasis listrik untuk mendukung pengelolaan smart farming sehingga dapat berjalan dengan masif dan efektif,” ujra Agung Wedha.
Agung Wedha juga menjelaskan dengan menerapkan smart farming yang didukung sistem kelistrikan yang andal, ia mampu meningkatkan produksi dan ekspornya. Mulanya, pangsa pasar ekspor hanya mencapai 3 ton, namun karena peningkatan produksi mampu mengekspor buah segar mencapai 10 ton sekali pengiriman.
Melalui dukungan listrik PLN juga Wedha mampu meningkatkan efisiensi operasionalnya. Ia mencatat, operasional perusahaan bisa mencapai 76 persen.
Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN, Agung Murdifi mengatakan, berbekal teknologi dan dukungan dari suplai listrik PLN, stigma yang melekat kepada sektor pertanian seperti gurem, tidak menjanjikan dan tidak menguntungkan kini sudah tidak berlaku lagi.
Alhasil, tidak sedikit juga anak-anak muda yang masuk ke sektor pertanian. Agung optimistis para petani muda ini sudah menjadi sebuah gerakan untuk terus berkembang dan berkontribusi untuk Indonesia.
“Karena dari situlah muncul terobosan-terobosan di sektor pertanian akan muncul. Para petani muda ini sudah menjadi sebuah gerakan sosial agar semua bisa berkembang dan berkontribusi untuk Indonesia,” ujar Agung.(RA)
Komentar Terbaru