BANDUNG – PT Geo Dipa Energi (Persero) membuka peluang untuk mendapatkan pendanaan dari pasar modal melalui penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) untuk membiayai rencana peningkatan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Rio Supriadinata Marza, Direktur Operasi dan HSSE Geo Dipa Energi, mengatakan IPO memang menjadi salah satu alternatif pendanaan bagi Geo Dipa. Apalagi perusahaan juga diminta untuk tidak lagi mengharapkan Penyertaan Modal Negara (PMN).
Menurut Rio, saat ini green fund sebenarnya banyak. Hanya saja, apakah bisa dimanfaatkan sepenuhnya untuk pengembangan yang akan dilakukan Geo Dipa atau keseluruhan proyek panas bumi di Indonesia, hal itu masih menunggu kebijakan dari Kementerian Keuangan.
Geo Dipa sendiri saat ini masih mengandalkan pendanaan yang dikelola PT Sarana Multi Infrastruktur melalui Dana Pembiayaan Infrastruktur Sektor Panas Bumi (PISP). “Itu prioritas kami sebenarnya, dana-dana murah yang dikelola SMI. Kalau tidak ada lagi dan kami siap, IPO adalah pilihan terakhir. Dan tentunya kami harus mendapat izin pemerintah,” kata Rio dalam kegiatan Media Visit Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Patuha di Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Sabtu (15/7).
Investasi besar tentu dibutuhkan Geo Dipa dalam mendukung ambisi meningkatkan kapasitas PLTP yang dikelolanya. Investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan PLTP diperkirakan mencapai US$1,7 juta-US$1,8 juta per MW.
Geo Dipa saat ini mengoperasikan dua unit PLTP, yaitu PLTP Dieng Unit 1 dan PLTP Patuha Unit 1 yang masing-masing memiliki kapasitas terpasang atau installed capacity 60 MW. Serta satu unit PLTP small scale Dieng berkapasitas 10 MW. GeoDipa juga sedang melakukan pengembangan untuk unit 2 di Dieng dan Patuha dengan kapasitas masing-masing sebesar 60 MW. Dengan total kebutuhan investasi yang ditaksir mencapai US$200 juta.
“Jadi target kami hingga 2030 itu adalah 400 MW. Kalau 20-30 tahun ke depan itu bisa sampai 1.000 MW,” kata Rio.
Geo Dipa sebagai Special Mission Vehicle (SMV) di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia, memiliki tugas untuk melakukan pengembangan PLTP di Dieng dan Patuha serta wilayah kerja penugasan lainnya, seperti melakukan pengusahaan panas bumi di WKP Candi Umbul Telomoyo dengan potensi sebesar 54 MW dan WKP Arjuno Welirang dengan potensi sebesar 230 MW.
Di samping itu, GeoDipa juga memiliki tugas untuk mempercepat pertumbuhan pemanfaatan panas bumi di Indoensia.
“Kami sebagai SMV, diharapkan mampu mengurangi risiko pengusahaan di sektor hulu panas bumi dimana selama ini menjadi salah satu tantangan yang dihadapi pengembang atau badan usaha dalam melakukan pembangunan PLTP melalui derisking dan debottlenecking,” ungkap Rio.
Indonesia berada di kawasan ring of fire, dimana Indonesia menyimpan 40% cadangan panas bumi dunia. Berdasarkan data Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total potensi energi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 23,7 GW.
Menurut Rio, pengembangan energi panas bumi sebagai salah satu sumber energi terbarukan menjadi sangat penting dalam menjamin ketahanan dan keamanan energi nasional. Panas bumi juga bisa menjadi base load, karena bisa beroperasi selama 24 jam dan tidak terpengaruh kondisi.
“Untuk mendukung dan menjamin ketahanan energi, panas bumi dapat diandalkan. Bicara ketahanan energi, mandiri energi, ya geothermal. Karena tidak adal lagi biaya untuk transportasi seperti batubara, tidak ada lagi ketergantungan terhadap harga jual komoditas seperti batu bara dan migas,” katanya.
Senada dengan Rio, General Manager GeoDipa Unit Patuha, Ilen Kardani, turut menjelaskan bahwa produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTP lebih stabil. Hal ini dikarenakan PLTP tidak terkendala dengan intermitensi. Panas bumi juga dikatakannya dapat beroperasi secara berkelanjutan serta mendukung pencapaian target Net Zero Emission.
Sementara itu, dalam kegiatan operasional PLTP di Patuha, Ilen mengatakan bahwa GeoDipa berkomitmen terhadap aspek Keamanan dan Keselamatan Kerja. Hal tersebut tercermin dari pencapaian kinerja K3LL, di mana GeoDipa Unit Patuha berhasil menerapkan system kerja operasional yang aman tanpa adanya kecelakaan kerja selama lebih dari 6,5 juta jam sejak tahun 2014.
Pada tahun 2022 lalu, GeoDipa Unit Patuha berhasil mendapatkan beberapa penghargaan di bidang K3LL, yaitu safe working hours selama 6.052.478 jam, PROPER Hijau, Subroto Award, Penilaian SMK3 PP50, Sertifikasi ISO 14001:2015, penghargaan Gubernur Jawa Barat P2K3 Kategori Platinum, dan penghargaan lainnya.(AT)
Komentar Terbaru