SUBANG– Program pemberdayaan masyarakat (community development) yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial(corporate social responsibility)  Pertamina EP (PEP) Subang Field, bagian dari Zona 7 Subholding Upstream Pertamina, memberikan dampak positif kepada masyarakat. Kerja sama PEP Subang Field dengan Pinneaple Leaf Fiber (Pinlefi), kelompok usaha rintisan olahan daun nanas (Ananas comsus L.Merr) menjadi serat bernilai ekonomi sebagai bahan kain, di Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat melalui program inovasi sosial Pemanfataan Serat Olahan Daun Nanas (“Pesona”) memiliki pengaruh positif terhadap aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan Desa Cikadu.

Pada aspek lingkungan, dampak Program “Pesona” berkontribusi pada pengurangan timbunan limbah daun nanas dan merubahnya menjadi komoditas serat alam yang bernilai ekonomi tinggi. Limbah daun nanas mencapai 90% dari total limbah yang terbentuk dari pertanian ini. “Daun memenuhi jumlah terbanyak dari keseluruhan limbah yang dihasilkan tanaman ini,” ujar Wazirul Lutfi, Head of Communication, Relations & CID Head of Communication, Relation & CID Zona 7 Subholding Upstream Pertamina di Cikadu, Subang, Jumat (3/11/2023).

Jumlah daun pohon nanas dewasa dapat mencapai sekitar 60 – 80 lembar yang berbobot kurang lebih 2-3 Kg. Dalam 1 ha hamparan nanas, rata-rata akan memunculkan 10 – 15 ton limbah daun nanas yang dapat diolah menjadi serat alam. Menurut Wazirul, Kabupaten Subang adalah sentra kebun nanas terbesar di Jawa Barat. Di Kecamatan Cijambe ada lebih dari 300 hektare kebun nanas. Limbah ekstraksi daun nanas dimanfaatkan untuk canvas dan bahan pupuk organik. “Melalui program pemanfaatan limbah daun nanas sebagai sumber serat alam, kelompok ini dapat berkontribusi untuk mengurangi timbunan limbah daun sekaligus merubahnya menjadi komoditas yang bernilai tinggi,” ujarnya.

Menurut dia, pengolahan serat daun nanas ini menggunakan konsep green textile. Sedangkan pengolahan limbah ini sejalan dengan prinsip zero waste product. Dalam proses tersebut tidak menyisakan bagian yang kemudian harus menjadi sampah yang tidak bermanfaat.

“Selain dimanfaatkan potensi serat alamnya, rendemen daun nanas yang tersisa dari proses ekstraksi juga dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik berkualitas tinggi,” katanya.

Pada aspek ekonomi, lanjut Wazirul, program “Pesona” Subang memberikan tambahan pendapatan masyarakat. Pemanfaatan limbah daun nanas sebagai sumber serat alam terbukti memberikan pendapatan tambahan untuk para petani nanas. Sebelumnya daun nanas hanya dibuang atau sebagian dijadikan pupuk kompos. Dengan potensi limbah yang cukup besar, petani memerlukan biaya atau usaha tambahan untuk memproses limbah menjadi pupuk atau membuang dan membakar timbunan limbah itu. Program pemanfaatan serat daun nanas membuka peluang untuk para petani mendapatkan pendapatan tambahan dari ratusan kg limbah daun yang mereka hasilkan.

Pada 2021, rata-rata pendapatan kelompok Pinlefi sebanyak Rp 61,47 juta dan pada 2022 sebanyak Rp 154,3 juta.Sedangkan rata-rata tambahan pendapatan anggota/bulan pada 2021 adalah Rp 906.806 per anggota per bulan, dan pada 2022 sebanyak Rp 569.523 per anggota per bulan.Pendapatan kelompok dari 2021 ke 2022 meningkat sedangkan pendapatan individu menurun karena jumlah penerima manfaat yang awalnya 17 meningkat menjadi 29. “Dengan demikian, program ‘Pesona’ Subang telah berkontribusi terhadap penambahan pendapatan anggota kelompok,” katanya.

Pada aspek sosial, Program “Pesona” Subang berhasil meningkatkan kapasitas masyarakat Kampung Cijoged Desa Cikadu Kecamatan Cijambe, berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan serta berkontribusi dalam pengurangan pengangguran. Dalam program ”Pesona”, para pemuda diberikan pembekalan dasar mengenai potensi daun nanas yang sangat baik digunakan sebagai serat alam dan tidak menjadi masalah lingkungan di wilayah sekitarnya. Permasalahan pengangguran pada para pemuda selama ini menjadi perhatian di lingkungan Desa Cikadu.

“Para pemuda secara umum terpengaruh untuk selalu mengikuti kebiasaan untuk bekerja sebagai tukang bangunan pada proyek pembangunan di berbagai daerah. Padahal setelah selesai proyek mereka kemudian akan pulang dan kebanyakan hanya menganggur sambil menunggu kesempatan ikut proyek berikutnya,” katanya.

Keadaan tersebut dinilai kurang menguntungkan bagi para pemuda yang seharusnya berada dalam usia produktifnya. Menurut Wazirul, program pemanfaatan serat daun nanas salah satunya memang menyasar kepada komunitas pemuda yang tergabung dalam karang taruna Desa Cikadu. “Berbagai pelatihan kami lakukan bekerja sama dengan Pinlefi,” ujarnya.

Alan Sahroni, pimpinan kelompok Pinlefi, mengakui bahwa PEP Subang Field memberikan berbagai pelatihan, termasuk juga memberikan berbagai bantuan peralatan yang dibutuhkan oleh kelompok.”Alhamdulillah, kami juga menerima bantuan panel surya dan alat transportasi roda tiga dari PEP Subang Field, selain tentu saja mendukung program kemiskinan serta pemberdayaan petani nanas melalui penggunaan pupuk organik,” katanya.

Dari aspek sosial, PEP Subang Field melalui Program “Pesona” secara kelembagaan membentuk koperasi. Pelibatan organisasi kepemudaan desa ini memberikan pengaruh positif pada para pemuda di Desa Cikadu. Menurut Wazirul, anggota karang taruna yang terlibat dalam pengolahan serat dari daun nanas lebih termotivasi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saingnya.

“Dari sisi ini Program ‘Pesona’ Subang telah berperan dalam mengubah perspektif dan perilaku masyarakat dalam mengelola limbah daun nanas. Sebelumnya daun nanas hanya dipandang sebagai sampah yang tidak berguna namun kini masyarakat melihat daun nanas sebagai bahan yang bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi dan lingkungan yang baik,” katanya. (DR)