TARAKAN– PT Pertamina EP (PEP) Tarakan Field mengembangkan inovasi pengolahan sampah plastik dalam mendukung budi daya rumput laut ramah lingkungan melalui Program Aliansi Kerja Bebas Sampah (Akar Basah) di Pantai Mamolo, Kelurahan Tanjung Harapan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Program ini menjadi salah satu bentuk dukungan PEP Tarakan Field terhadap kampanye Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia Beat Plastic Polution.
Tri Mulyanto, PEP Tarakan Field Manager, menjelaskan Program Akar Basah yang dimulai pada 2021 merupakan wujud implementasi kebijakan perusahaan terkait operasi migas ramah lingkungan sekaligus tanggapan atas persoalan lingkungan berupa sampah plastik dan tantangan pembangunan di Kaltara. Sebagai salah satu produsen rumput laut terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 3000 ton rumput laut per bulan, petani rumput laut di Kabupaten Nunukan selama ini menggunakan 1,2 ton botol plastik per hari untuk bentangan rumput laut. “Karena botol plastik ini tidak bertahan lama, botol plastik yang sudah tidak terpakai menjadi sampah plastik yang luar biasa banyaknya,” jelas Cahyo, di Tarakan, Kamis (16/11/2023).
Menurut Cahyo, perusahaan melihat potensi yang sangat besar untuk memanfaatkan sampah plastik ini menjadi solusi atas kebutuhan petani dalam budidaya rumput laut, yaitu dengan mengubahnya menjadi pelampung dan media tanam rumput laut yang ramah lingkungan.
“Pada program ini, sampah plastik jenis HDPE diolah dengan mesin moulding menjadi pelampung budidaya rumput laut yang ramah lingkungan, sehingga menggantikan botol bekas yang selama ini dipakai oleh petani untuk bentangan rumput laut. Ini merupakan inovasi pengolahan sampah plastik pertama di Kaltara,” tambahnya.
Habir, Ketua Asosiasi Petani Rumput Laut Nunukan, menjelaskan masa guna pelampung yang dihasilkan oleh Program Akar Basah, bisa mencapai delapan bulan sehingga menghasilkan efisiensi biaya, waktu dan tenaga bagi petani rumput laut. Program ini dinilai telah membantu kelompok dengan pendapatan rata-rata hingga Rp. 175.000.000,- per tahun. ”Sejak menggunakan pelampung hasil inovasi Program Akar Basah, sampah plastik telah berhasil turun hingga 3,3 ton yang dipakai sebagai bahan baku pelampung, dan sebanyak 120 kg cacahan sampah plastik juga telah dimanfaatkan,” imbuh Habir.
Dony Indrawan, Manager Communication Relation & CID PHI, menyampaikan komitmen perusahaan untuk terus berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan dalam menjalankan program-program CSR yang inovatif dan mampu menjawab persoalan sehingga dapat dijalankan secara berkelanjutan.
”Dalam program Akar Basah, kami berkolaborasi dengan petani dan juga mitra binaan kami lainnya. Kami mengajak petani rumput laut untuk meningkatkan kesadaran dalam mengelola sampah plastik dan meningkatkan keterampilan masyarakat di wilayah tersebut dalam mengelola sampah,” ungkap Dony.
Dia menjelaskan, hasil kajian dampak yang dilakukan menunjukkan bahwa Program Akar Basah telah sejalan dengan langkah mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), yaitu tujuan 12 tentang produksi dan konsumsi yang berkelanjutan dan tujuan 14 tentang ekosistem laut.
“Selain itu, program ini juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya perusahaan untuk menajalankan operasi migas ramah lingkungan dengan melibatkan masyarakat dalam mendukung mitigasi perubahan iklim, pelestarian lingkungan, dan pengurangan emisi,” katanya. (DR)
Komentar Terbaru