JAKARTA — Pemerintah akhirnya merevisi target produksi batu bara pada tahun ini dari 550 juta ton menjadi 625 juta ton. Pemerintah sepertinya tidak mau kehilangan momentum atas tren kenaikan harga batu bara yang kini terjadi.
Lampu hijau dari pemerintah ini membuat beberapa perusahaan batu bara berencana untuk mengajukan revisi Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB).
Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batu bara Indonesia (APBI), mengatakan kenaikan target produksi disambut baik pelaku usaha batu bara. Perbaikan harga batu bara secara global menjadi peluang untuk meningkatkan ekspor.
“Iya kami mendengar ada beberapa perusahaan yang telah dan akan mengajukan proposal revisi RKAB ke pemerintah. Hal ini didorong kondisi harga yang sedang membaik sehingga pelaku usaha mencoba memaksimalkan produksi,” kata Hendra, Selasa (13/4).
Menurut Hendra, kenaikan target produksi oleh pemerintah disinyalir mengacu pada PMI (Purchasing Manager Index) yang menunjukan bahwa negara tujuan ekspor batu bara sedang berada di level positif atau sedang dalam perbaikan ekonomi. Vaksinasi Covid-19 turut mendorong peningkatan permintaan batu bara pada tahun ini.
“Selain itu membaiknya perekonomian dari negara-negara tujuan ekspor batu bara Indonesia yang juga didorong dengan berjalan lancarnya proses vaksinasi, maka ada potensi demand ekspor 2021 akan lebih meningkat dibanding 2020,” ungkap Hendra
Sementara itu PT Adaro Energy Tbk tidak mau terburu-buru untuk meningkatkan target produksi batu baranya .
Febriati Nadira, Head Of Coorporate Communication Adaro Energy, mengatakan sampai saat ini Adaro masih memakai panduan yang telah ditetapkan perusahaan terkait produksi. Pada tahun ini Adaro mentargetkan produksi batubara berkisar 52 juta-54 juta ton.
“Sampai saat ini belum ada perubahan panduan 2021. Target produksi batu bara Adaro tahun 2021 adalah 52 juta-54 juta ton,” kata Ira.
Ira juga menjelaskan untuk bisa menjaga performa serta mengejar target perusahaan, Adaro fokus untuk menjaga komitmen kontrak dengan para buyer.
Adaro telah memiliki kontrak dengan para customer dan akan memenuhi kebutuhan sesuai kontrak.
“Walau terus menghadapi tantangan untuk beberapa tahun kedepan, kami tetap yakin bahwa fundamental sektor batubara dan energi di jangka panjang tetap kokoh terutama kepada dukungan aktivitas pembangunan di negara-negara Asia,” ungkap Ira.
Adaro menilai pasar global, khususnya untuk ekspor memang masih bergerak dinamis. Apalagi pergerakan harga batubara juga masih menjadi perhatian khusus bagi perusahaan. Maka, untuk bisa menjaga stabilitas operasional perusahaan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana perusahaan.
“Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan terus berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan,” kata Ira.(RI)
Jika seperti bagaimana pasokan untuk ke depannya.
Bukan kah harga ke depan akan lebih tinggi