JAKARTA- PT Pertamina Bina Medika (PBM) atau Pertamedika mencatatkan laba bersih sebesar US$ 18,78 juta atau sekitar Rp270 miliar sepanjang 2020, naik lebih dari lima kali lipat dibandingkan sebelumnya US$ 3,2 juta (year-on-year), mengutip Laporan Tahunan (Annual Report) Pertamina 2020. Peningkatan laba ini salah satunya ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha dari US$ 306,80 juta pada 2019 menjadi US$362,6 juta pada 2020.

Capaian laba bersih PBM ini menjadi yang terbesar dibandingkan lima perusahaan Pertamina lain di bidang jasa dan keuangan. Posisi kedua kontributor laba bersih adalah PT Asuransi Tugu Pratama Tbk (TUGU). Perusahaan asuransi kerugian/umum yang mayoritas sahamnya dimiliki Pertamina itu mencatatkan laba bersih US$ 18,66 juta, turun drastis dibandingkan net profit 2019 yang mencapai US$ 35,75 juta.

Posisi berikutnya adalah PT Pertamina Pedeve Indonesia. SPV portofolio, investasi/penyertaan modal di anak/afiliasi grup Pertamina ini menorehkan laba bersih US$ 7,6 juta, turun dari US$ 8,57 juta (year-on-year).

PT Pertamina Training & Consulting (PTC), perusahaan jasa pengembangan SDM, pengkajian dan konsultasi kesisteman manajemen milik Pertamina, justru yang mengalami kenaikan profit. Sepanjang 2020, PTC membukukan laba bersih US$ 3,36 juta, naik dari US$ 1,21 juta.

Penurunan drastis laba bersih terjadi pada PT Patra Jasa. Perusahaan yang bergerak di bidang hotel, perkantoran, penyewaan properti, dan katering ini mencatatkan laba bersih 2020 hanya US$ 1,51 juta. Padahal pada tahun sebelumnya, laba Patra Jasa menembus US$ 21,56 juta.

Net profit yang juga tidak elok diraih oleh PT Pelita Air Service. Perusahaan jasa transportasi udara dan penyewaan pesawat udara milik Pertamina ini hanya meraih laba US$ 0,75 juta pada 2020, turun dibandingkan 2019 yang mencapai US$ 0,86 juta. Hal ini dapat dipahami karena pada 2020 Pelita Air Services mencatatkan penurunan pendapatan dari US$ 58,47 juta menjadi US$ 47,79 juta pada 2020. (DR)