JAKARTA – Rata-rata minyak mentah Indonesia pada bulan Juni 2023 mengalami penurunan sebesar US$0,76 per barel dari US$70,12 per barel menjadi US$69,36 per barel. Penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional, antara lain dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar atas ekonomi global khususnya di Kawasan Eropa dan AS.

Harga rata-rata minyak mentah utama pada bulan Juni 2023 mengalami penurunan dibandingkan pada bulan Mei 2023. Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan harga minyak mentah utama di pasar Internasional, antara lain kekhawatiran pasar atas kondisi ekonomi global khususnya di Kawasan Eropa dan AS.

S&P Global mengumumkan bahwa Purchasing Managers Index (PMI) AS turun ke angka 46,3 pada awal bulan Juni 2023, yang merupakan level terendah dalam enam bulan terakhir. Sementara itu, PMI komposit Eropa juga tergelincir ke level terendah selama lima bulan terakhir, di angka 50,3 pada awal bulan Juni 2023.
Bank of England mengumumkan kenaikan suku bunga utama sebesar 0,5%, menjadi 5%, disusul oleh The European Central Bank serta bank-bank sentral di Swiss dan Norwegia juga memutuskan untuk menaikan suku bunga utama. Hal ini memicu likuidasi dana dan produsen energi bergerak ke mentalitas hedging.

Potensi US FOMC kembali meningkatkan Fed Rate, sehubungan dengan upaya Bank Sentral AS dalam kisaran 1 tahun terakhir melalui peningkatan Fed Rate hingga 5% untuk menurunkan inflasi menjadi 2%.

Departemen Tenaga Kerja AS menyampaikan bahwa jumlah klaim pengangguran AS meningkat lebih dari yang diharapkan, dan mencapai level tertinggi sejak Oktober 2021.

Berdasarkan Laporan Mingguan EIA (U.S. Energy Information Administration), terdapat peningkatan stok Amerika Serikat pada bulan Juni 2023 dibandingkan bulan sebelumnya yaitu Gasoline naik sebesar 5.9 juta barel menjadi 222.0 juta barel dan Distillate naik sebesar 7.7 juta barel menjadi 114.4 juta barel.

Faktor lain yang menyebabkan penurunan harga minyak mentah Juni 2023 adalah IEA menyampaikan, peningkatan stok minyak mentah global sebesar 10 juta barelsehubungan dengan peningkatan stok minyak mentah dari negara OECD sebesar 27 juta barel

IEA menyampaikan, total pasokan minyak mentah diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi sebesar 101,3 juta bpd di tahun 2023 dan 102,3 juta bpd di tahun 2024. Hal ini disebabkan peningkatan pasokan minyak mentah dari negara-negara Non-OPEC sebesar 1,9 juta bpd di tahun 2023 dan 1,2 juta bpd di tahun 2024.

Ekspektasi dimulainya kembali ekspor minyak mentah Iran, yang dapat menyebabkan terganggunya fundamental permintaan / penawaran, disebabkan kemajuan kesepakatan nuklir AS dan Iran.

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh Crude throughput Cina, yang merupakan konsumen minyak mentah terbesar di dunia, tergelincir 1,9% pada bulan Mei 2023 menjadi 14,66 juta bpd.

Selain itu, “People’s Bank of China menurunkan suku bunga pinjaman acuan, namun lebih rendah dari ekspektasi masyarakat, sehingga mempengaruhi asumsi pasar bahwa pemulihan ekonomi Cina terhambat, dan berpengaruh pada permintaan minyak mentah dunia”, kata Tim Harga

Terdapat Penurunan crude throughput Korea Selatan, Taiwan dan Jepang di bulan Juni 2023, dibandingkan bulan Mei 2023.

Selengkapnya perkembangan harga minyak mentah bulan Juni 2023 dibandingkan Mei 2023, sebagai berikut :

Dated Brent turun sebesar US$0,85/barel dari US$75,55/barel menjadi US$74,70/barel.

WTI (Nymex) turun sebesar US$1,35/barel dari US$71,62/barel menjadi US$70,27/barel.

Brent (ICE) turun sebesar US$0,71/barel dari US$75,69/barel menjadi US$74,98/barel.

Basket OPEC turun sebesar US$0,79/barel dari US$75,94/barel menjadi US$75,15/barel.

Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia turun sebesar US$0,76/barel dari US$70,12/barel menjadi US$69,36/barel.