SURABAYA – Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) R Priyono mengungkapkan, komitmen penggunaan Total Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada industri hulu migas saat ini sudah hampir mencapai 70%.
“Nilai tingkat kandungan lokal terus menunjukkan peningkatan dari tahun 2007. Di 2011 total nilai komitmen pengadaan barang dan jasa di seluruh Kontraktor KKS (Kontrak Kerjasama) migas mencapai lebih dari USD 11,81 miliar, dengan komitmen TKDN agregat 60,63%,” ujar Priyono usai meresmikan Floating Storage and Offloading (FSO) Pertamina Abherka di perairan Madura, Rabu, 8 Agustus 2012.
Dalam kesempatan itu, ia mengaku bangga dengan hasil kerja Pertamina Perkapalan (anak usaha Pertamina) dalam mengkonversi kapal tanker menjadi FSO, dan kini digunakan untuk menunjang operasi Pertamina Hulu Energi (PHE) West Madura Offshore (WMO).
Priyono mengatakan, proyek konversi FSO Pertamina Abherka telah mendorong mewujudkan Indonesia Incorporated. Dimana industri hulu migas telah memberdayakan industri-industri lainnya seperti industri perkapalan, perbankan, dan lain-lain.
Dia juga mengatakan pengerjaan FSO Pertamina Abherka memperlihatkan hasil yang membanggakan, baik dari segi tingkat kandungan local content maupun dari sisi waktu pengerjaan. Menurutnya, pengerjaan konversi FSO Abherka ini mempunyai pencapaian kandungan lokal sebesar 70%.
Dari sisi waktu, Priyono juga mengaku puas, karena pengerjaan konversi ini diselesaikan sesuai rencana, dalam waktu 10 bulan. “Proyek ini sejalan dengan salah satu paradigma baru industri hulu migas, yaitu tidak hanya menjadi penghasil penerimaan negara, tetapi meningkatkan kapasitas nasional. “Saya berharap TKDN akan terus meningkat di masa yang akan datang,” ujar Priyono.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan mengatakan, penggunaan FSO yang pembangunannya ditangani Pertamina Perkapalan ini, merupakan wujud sinergi antara Pertamina dan anak perusahaan, dalam upaya optimalisasi sumber daya di antara keduanya.
“Sinergi ini diharapkan bisa terwujud pada proyek-proyek lainnya, dalam rangka optimalisasi sumber daya yang diharapkan dapat menciptakan efisiensi, sekaligus meningkatkan kontribusi bagi penerimaan negara melalui Pertamina,” tutur Karen.
Komentar Terbaru