MUARA ENIM– PT Pertamina EP Limau Field terus mengembangkan inovasi berkelanjutan melalui program Gerakan Masyarakat Desa Wawasan Tani (GEMA DEWATA) di Desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Desa ini, yang mayoritas penduduknya merupakan transmigran asal Bali dan berprofesi sebagai petani buah, dikenal sebagai penghasil jeruk unggulan dengan total produksi mencapai 300 ton per tahun.

A Rachman Para Buana, Senior Manager PT Pertamina EP Limau Field, mengatakan keberhasilan program di Desa Air Talas merupakan hasil dari keselarasan antara potensi desa dan inti bisnis perusahaan. “Dengan pendekatan ini, perusahaan bisa tumbuh bersama masyarakat dan saling mendukung,” ujar Rachman.

Pada 2022, PT Pertamina EP Limau Field mendirikan kelompok BUDE ARTA, yang mengelola jeruk menjadi produk makanan seperti pie susu, sirup, dan selai jeruk. Kelompok ini juga mendapatkan pelatihan dasar administrasi dan pembuatan produk makanan, sehingga mampu meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di desa tersebut.

Tahun berikutnya, dibentuklah kelompok Tunas Hijau yang berfokus pada pertanian. Kelompok ini, yang didominasi oleh petani jeruk, menciptakan produk inovatif berupa pupuk organik bernama tricoderma, yang mendukung konsep zero waste. Selain itu, kelompok ini juga melakukan pelatihan pembuatan tricoderma dan pengenalan agen hayati untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia.

Tahun 2024 menjadi momentum baru bagi PT Pertamina EP Limau Field dengan diluncurkannya program inovasi bio plastik berbasis limbah kulit jeruk bernama PAKLEK MANIS. Program ini menggunakan limbah kulit jeruk siam yang diolah menjadi kantong plastik biodegradable, sehingga membantu mengurangi limbah plastik.

Program PAKLEK MANIS juga melahirkan kelompok Amerta yang berfokus pada pengolahan limbah kulit jeruk. Selain menghasilkan bio plastik, kelompok ini juga menciptakan produk non-makanan seperti sabun dari kulit jeruk, yang menambah nilai ekonomi bagi warga setempat.

SM Pertamina EP Limau Field bersama tim CSR menyatakan bahwa inovasi bioplastik kulit jeruk merupakan salah satu wujud implementasi konsep sustainable living di Desa Air Talas. Program ini juga berangkat dari permasalahan limbah plastik di Rumah Sakit Kota Prabumulih dan tumpukan limbah kulit jeruk dari kegiatan wisata jeruk yang menyebabkan emisi gas rumah kaca.

Dampak dari program ini cukup signifikan. Penggunaan limbah kulit jeruk sebanyak 10,4 ton per bulan mampu mengurangi penggunaan plastik di rumah sakit sebesar 26% atau setara 37,88 ton per tahun. Selain itu, program ini juga berhasil mereduksi emisi CO2 sebesar 521,79 ton setara CO2.

Pertamina EP Limau Field juga berhasil membangun kemitraan dengan berbagai pihak seperti Enviplast, Ilusyx Creative, dan Dinas Koperasi, untuk memperkuat implementasi program zero waste di desa tersebut.

Dari segi ekonomi, kelompok BUDE ARTA mencatat peningkatan penjualan sebesar 59%, dari Rp 411.111 menjadi Rp 1 juta per bulan. Pendapatan petani jeruk juga meningkat 20%, dan pengolahan limbah kulit jeruk memberikan pendapatan tambahan sebesar Rp 4,18 juta per bulan bagi 12 orang pelaku usaha.

Selain itu, program ini juga berhasil mengentaskan 19 warga dari kemiskinan berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Muara Enim. Total ada 65 penerima manfaat langsung dari program ini, yang terdiri dari anggota kelompok Tani Tunas Hijau, kelompok Wanita Tani Subur Makmur, dan kelompok Amerta. (DR)