JAKARTA – PT United Tractors Tbk (Perseroan) sampai triwulan pertama tahun 2024 membukukan pendapatan bersih sebesar Rp32,4 triliun atau turun sebesar 7% dari Rp34,9 triliun di periode yang sama tahun lalu yang disebabkan oleh penurunan kinerja dari segmen mesin konstruksi dan pertambangan batu bara.
“Penurunan pendapatan, ditambah dengan biaya keuangan yang lebih tinggi dan kerugian selisih kurs menyebabkan penurunan laba bersih Perseroan sebesar 15% menjadi Rp4,5 triliun dari Rp5,3 triliun di triwulan pertama tahun 2023,” demikian disampaikan Sara K Loebis, Corporate Secretary UNTR, dalam keterangannya (29/4).
Segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 37% menjadi 1.126 unit dibandingkan tahun lalu sebesar 1.791 unit. Berdasarkan riset pasar internal, Komatsu memimpin pangsa pasar penjualan alat berat sebesar 29%. Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat turun 11% menjadi Rp2,6 triliun dari Rp3,0 trilliun.
Penjualan Scania turun dari dari 218 unit menjadi 87 unit dan penjualan produk UD Trucks turun dari 89 unit menjadi 32 unit yang disebabkan oleh penurunan permintaan terutama di sektor pertambangan. Secara keseluruhan pendapatan unit usaha Mesin Konstruksi turun 22% menjadi Rp8,3 triliun dibandingkan Rp10,6 triliun pada periode yang sama tahun 2023.
Segmen usaha Pertambangan Batu Bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA), hingga Maret 2024 total penjualan batu bara mencapai 4,0 juta ton (termasuk 0,8 juta ton batu bara metalurgi), meningkat 33% dibandingkan triwulan pertama tahun 2023. Pendapatan segmen usaha pertambangan batu bara turun sebesar 21% dari Rp10,5 triliun menjadi Rp8,3 triliun karena menurunnya rata-rata harga jual batu bara.
Segmen usaha Kontraktor Penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Sampai dengan bulan Maret 2024, PAMA membukukan pendapatan bersih sebesar Rp13,3 triliun, naik 14% dari Rp11,7 triliun. PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara sebesar 21% dari 27 juta ton menjadi 32 juta ton, dan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) sebesar 17% dari 245 juta bcm menjadi 286 juta bcm, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 8,9x, turun dari 9,2x.
Segmen usaha pertambangan emas dan mineral lainnya mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 8% menjadi Rp1,8 triliun, yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan harga jual rata-rata emas sebesar 14% (dari US$1.896 per ons menjadi US$2.165 per ons).
Anak usaha Perseroan yang bergerak di bidang pertambangan emas, PT Agincourt Resources (PTAR) mengoperasikan tambang emas Martabe yang terletak di Sumatera Utara. Sampai dengan bulan Maret 2024, total penjualan setara emas dari Martabe mencapai 49 ribu ons, turun 16% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 sebesar 59 ribu ons karena pemerintah baru saja menyetujui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) pertambangan tahunan pada akhir triwulan pertama 2024. Penjualan emas diperkirakan akan kembali normal pada triwulan mendatang.
Segmen usaha pertambangan nikel Perseroan terdiri dari PT Stargate Pasific Resources (SPR) yang baru saja diakuisisi dengan kepemilikan mayoritas pada bulan Desember 2023 dan Nickel Industries Limited (NIC) yang diakuisisi pada bulan September 2023 dengan kepemilikan sebesar 19,99%.
SPR mengoperasikan tambang nikel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. SPR mencatatkan penjualan bijih nikel sebesar 383 ribu wet metric ton (wmt) pada triwulan pertama tahun 2024, yang terdiri dari 203 ribu wmt saprolit dan 180 ribu wmt limonit.
NIC merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi dengan aset utama yang berlokasi di Indonesia. Perseroan mencatat equity income dari NIC yang tertunda, karena adanya perbedaan periode pelaporan kinerja. NIC melaporkan penjualan 34 ribu ton logam nikel pada kuartal terakhir tahun 2023, yang terdiri dari 29 ribu ton logam nikel dalam bentuk NPI dan 5 ribu ton dalam bentuk nikel matte.
Segmen usaha Industri Konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Sampai dengan bulan Maret 2024, Industri Konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp535 miliar, naik 55% dibandingkan Rp345 miliar di triwulan pertama 2023. ACSET membukukan rugi bersih sebesar Rp42 miliar, lebih tinggi dibandingkan rugi bersih sebesar Rp30 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sejalan dengan strategi pengembangan usaha di sektor energi yang ramah lingkungan, Perseroan telah menetapkan bisnis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebagai salah satu strategi transisi Perseroan. Untuk mempercepat pengembangan EBT, pada akhir tahun 2021 seluruh bisnis energi dalam grup dikonsolidasikan melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN). Sampai dengan bulan Maret 2024, EPN telah memasang Rooftop Solar PV sebesar 1,9 megawatt peak (MWp) sehingga secara kumulatif Rooftop Solar PV terpasang sejak tahun 2018 hingga triwulan pertama 2024 mencapai 17 MWp.
EPN saat ini mengoperasikan dua pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) yaitu PLTM Kalipelus berkapasitas 0,5 MW di Jawa Tengah dan PLTM Besai Kemu berkapasitas 7 MW di Lampung, Sumatra yang mulai beroperasi secara komersial pada Januari 2024.
Pada bulan Agustus 2022, Perseroan melalui anak usaha melakukan investasi pada PT Arkora Hydro Tbk (Arkora) dengan kepemilikan saham sebesar 31,49%. Arkora saat ini mengoperasikan dua PLTM, yaitu PLTM Cikopo 2 di Jawa Barat dengan kapasitas 7,4 MW dan PLTM Tomasa 10 MW di Sulawesi Selatan. Arkora juga sedang membangun dua PLTM, yaitu PLTM Koro Yaentu berkapasitas 10 MW dan PLTM Kukusan 2 berkapasitas 5,4 MW yang masing-masing diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2023 dan 2025. Ketika kedua proyek ini mulai beroperasi, Arkora akan memiliki pembangkit listrik dengan total kapasitas 33 MW. Pada bulan Desember 2023, Arkora menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dengan PLN untuk pengembangan proyek PLTM Tomini berkapasitas 10 MW yang berlokasi di Sulawesi Selatan.
Perseroan secara aktif melakukan studi terkait proyek energi terbarukan lainnya seperti geothermal, solar, dan waste-to-energy. Proyek-proyek ini konsisten dengan strategi Perseroan untuk meningkatkan kompetensi di berbagai potensi energi terbarukan dalam rangka mencapai portofolio bisnis yang berkelanjutan.
Pada tanggal 3 Januari 2024, Perseroan melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN) telah melakukan pengambilbagian 49,6% saham PT Supreme Energy Sriwijaya (SES) senilai USD51,9 juta. SES adalah pemegang 25,2% saham PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) yang memiliki proyek panas bumi yang telah beroperasi di Sumatera Selatan dengan kapasitas eksisting sebesar 2 x 49 MW. Pada tanggal 15 Maret 2024, Perseroan melalui EPN mengambilbagian 20,2% saham SERD senilai USD80,7 juta. Setelah transaksi ini, total kepemilikan saham langsung dan tidak langsung EPN di SERD menjadi 32,7%.
Komentar Terbaru