MENGENAKAN kaos berkerah warna biru tua dipadu celana jins hitam serta sepatu coklat, Usup Supriatna terlihat sibuk pada pagi Rabu (25 September 2019) nan cerah itu. Wajahnya sumringah. Salam dan sapa keluar dari mulut pria kelahiran Karawang, 8 April 1972 itu menyambut kehadiran tamu yang datang serta mempersilakan mereka duduk di kursi di bawah tenda putih berukuran 15 X 35 meter. Tenda itu hanya beberapa meter di samping gudang tempat pengolahan rumput laut (gracillaria sp) milik Koperasi Mina Agar Makmur di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Selain pejabat dari Pemerintah Kabupaten Karawang, hadir perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta dari PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero). Tampak pula puluhan petani rumput laut anggota Koperasi Mina Agar Makmur (KMAM). Maklum, saat itu Pertamina EP (PEP) Asset 3 Tambun Field, unit bisnis PT Pertamina EP, meresmikan program “Seanergy Pesisir Berseri”. Ini adalah program pengembangan masyarakat yang dilakukan PEP Asset 3 Tambun Field bagi masyarakat di sekitar wilayah operasi.
Usup hari itu benar-benar jadi “bintang”. Ini wajar, apalagi jebolan program diploma dua dari Universitas 45 (Unisma) Bekasi itu adalah figur penting dalam meningkatkan kesejahteraan warga di pesisir Karawang. Pria yang tinggal di Dusun Tamiang, Desa Pisang Sambo, Kecamatan Tirtajaya, Karawang itu pahlawan lokal atau local hero bagi warga pesisir Karawang karena perannya sangat strategis dalam pengembangan usaha rumput laut. Selain pendiri dan Ketua KMAM, Usup adalah salah satu tokoh sentral dalam pengembangan masyarakat pesisir Karawang.
Usup mengakui pengembangan usaha KMAM tak semudah membalik telapak tangan. Perlu kerja keras meyakinkan masyarakat pesisir Karawang akan potensi bisnis rumput laut di kawasan tersebut sebelum berdiri KMAM pada 2015 dengan TDP 503/3882/402/KOP/VI/BPMT/2016. “Setiap ada yang baru, pasti ada resistensi. Tapi saya punya prinsip, sepanjang kita ikhlas dalam berjuang dan berusaha demi meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir Karawang, Insya Allah ada jalan keluar,” ujar Usup kepada Dunia-Energi.
Maka, Usup pun blusukan mendatangi para nelayan di pesisir Karawang, terutama yang dekat dengan rumahnya. Usup meyakinkan para nelayan bahwa pengembangan rumput laut dengan pengelolaan yang baik dan benar serta ada pembinaan dari instansi terkait upaya ini berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
Dalam menjalankan aksi positif itu, Usup tak sendirian. Dia ditemani sejumlah petambak yang memiliki visi sama dengannnya. Salah satunya adalah Novian Arie Purnomo. Warga Desa Kampungsawah, Kecamatan Jayakerta, Karawang itu mendukung rencana Usup untuk mengembangkan usaha rumput laut di pesisir Karawang. Arie, demikian panggilan pria berusia sekitar 30 tahunan itu, sangat percaya bahwa usaha pertanian dan perikanan di masa datang bisa membawa kesejahteraan bagi masyarakat dengan latar belakang apapun.
“Saya sudah membuktikan dan merasakan sendiri bahwa memang dengan pola budidaya rumput laut masyarakat menjadi berdaya dan pendpatan yang tetap (tidak serabutan) dan taraf hidup bisa meningkat,” ujarnya.
Arie bergabung di KMAM pada 2015 dan kemudian didapuk sebagai Sekretaris KMAM mendampingi Usup. Awalnya, Arie tak memiiki tambak. Baru pada 2016 dia menyewa lahan tambak seluas 0,5 hektare. Setahun kemudian menyewa lagi lahan seluas 6 hektare. “Saat ini saya punya lahan sewa untuk rumput laut seuas 9 hektare,” ujar Arie kepada Dunia-Energi.
Sebelum mendapat pembinaan dari pihak terkait, panen rumput laut warga pesisir hanya 600 kilogram. Saat ini, dengan luas areal 9 ha, Arie mendapatkan panen rumput laut sebanyak 19 ton. “Sekali panen dapat Rp35 juta. Itu belum termasuk pendapatan dari penjualan ikan bandeng,” ujarnya.
Arie mempekerjakan dua orang mengurus tambak. Namun, saat panen, jumlah pekerja bertambah menjadi 6-10 orang. Para pekerja itu memperoleh penghasilan sangat memuaskan, bahkan disebut-sebut di atas Upah Minimum Kabupaten. “Mungkin ini yang menambah motivasi pekerja untuk tekun mengelola tambak,” ujarnya.
Menurut Arie, usaha pertama KMAM adalah rumput laut. Setahun kemudian, KMAM menambah lini bisnis usaha budidaya bandeng. Pada 2018 ada peningkatan lini bisnis dengan merambah olahan rumput laut. Hal ini sejalan dengan pertambahan jumlah anggota KMAM yang mencapai 76 orang. Sebanyak 52 adalah petambak di Kecamatan Tirtajaya, 19 di Sedari (Kecamatan Cibuaya), dan enam orang anggota mitra di Bekasii, Subang, dan Indramayu. “Koperasi hanya beli rumput laut saja. Untuk harga yang diterima saat ini Rp7 ribu per kg, sudah termasuk ongkos kirim ke pabrik,” ujarnya.
Usup menyebutkan, rumput laut kering kualitas bagus dipasok ke PT Agarindo Bogatama—produsen tepung agar-agar ‘Swalllow’—di Tangerang, Banten. Setiap tahun, KMAM memasok 1.500 ton rumput laut kering ke Agarindo setiap tahun. Ini sekitar 10% dari total kapasitas produksi Agarindo yang berkisar 15.000-18.000 ton per tahun.
Panen rumput laut petambak anggota Koperasi Mina Angar Makmur. (foto: dokumentasi Pertamina EP Asset 3 Tambun Field)
Olahan Rumput Laut
Selain mengolah rumput laut dan penjualan bandeng, KMAM tahun ini hingga 2020 mencoba program baru, yaitu membangun rumah olahan rumput laut (Agar Strip, nata de sewaed, dll) dan pembuatan pupuk cair organik berbahan baku limbah rumput. “Kami juga berupaya mengembankan sisem pemasaran produk hasil olahan dan hasil produksi,” kata Usup.
Inovasi mutakhir KMAM tahun ini pun direalisasikan dengan baik, yaitu pengolahan rumput laut jadi makanan dengan sasaran Kelompok Anugerah Pertiwi yang berada di Desa Pisangsambo, Kecamatan Tirtajaya, Karawang. Bekerjasama dengan Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP) di bawah Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, kelompok yang sebagian besar anggotanya terdiri atas perempuan itu kini mampu membuat olahan rumput laut jenis Glacilaria sp berupa Agar Strip. Agar Strip merupakan makanan yang mengandung serat tinggi dan cocok dijadikan menu diet. Makanan tersebut banyak dipasarkan di luar negeri seperti Jepang dan Cina.
“Agar Strip yang dihasilkan Kelompok Anugerah Pertiwi merupakan produk Agar Strip pertama dan satu-satunya yang diproduksi di Indonesia,” ujar M Wahidin, Pelaksana Tugas Kepala BBP2HP Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Menurut Wahidin, ide inovasi Agar Strip berawal dari masukan Direktur PT Agarindo Bogatama Soerianto Kusnowirjono pada 2017 untuk dapat membuat Agar Strip yang dibutuhkan tetapi belum diproduksi di Indonesia. Belakangan, BBP2HP menjadikan usulan tersebut sebagai salah satu target kinerja dan mewujudkan rekayasa produk inovasi Agar Strip pada 2018 sebagai produk olahan hasil kelautan dan perikanan yang mengandung serat tinggi dan cocok dijadikan menu diet. Makanan tersebut banyak dipasarkan di luar negeri seperti Jepang dan China.
“Dalam implementasi penerapan hasil rekayasa produk inovasinya pada 2019, BBP2HP menggandeng Koperasi Mina Agar Makmur yang diketuai Bapak Usup Supriatna yang juga mitra binaan PT Agarindo Bogatama dan PEP Asset 3 Tambun Field,” ujar Wahidin kepada Dunia-Energi.
Usup Supriatna (kaos biru tua) melihat pengolahan rumput laut. (foto: dokumentasi Pertamina EP Asset 3 Tambun Field)
Hendro Subroto, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang, mengatakan kerjasama dengan BBP2HP KKP terkait inovasi teknologi pengolahan dapat terus bersinergi dan penerapan Agar Strip atau teknologi lainnya bisa direplikasi dan dikembangkan oleh pengolah rumput laut selain oleh KMAM.
“Saya senang karena produk Agar Strip tergolong produk baru sehingga menjadi tantangan buat mengembangkannya sekaligus memberdayakan ibu-ibu yang ada di Desa Sedari untuk memproduksi olahan berbahan baku rumput laut,” ujarnya.
Selain Agar Strip sebagai salah satu produk olahan unggulannya, KMAM juga telah membuat produk turunan Agar Strip yaitu mie kristal. Menurut Usup, penyajian mie kristal ini dapat dinikmati layaknya mie instan yang biasa beredar di pasaran. Hanya bedanya pada kandungan gizinya, mie kristal bebas karbohidrat, tanpa kandungan glutein, kaya akan serat dan mineral. “Rasanya tak kalah dengan mie instan biasa, enak dan gurih apalagi jika ditambah bakso ikan atau sosis ikan tentu akan lebih menarik,” ujar Usup seraya tersenyum.
Ceppy Agung Kurniawan, PEP Asset 3 Tambun Field Manager, menjelaskan PEP Asset 3 Tambun Field mendukung lankah Usup dan KMAM dalam mengembangkan bisnis. Apalagi PEP, menurut Cepy, memiliki komitmen tinggi dan konsisten dalam tanggungjawab terhadap lingkungan, termasuk masyarakat. Manajemen PEP Asset 3 Tambung Field berharap sinergi dengan BBP2HP KKP, Agarindo Bogatama, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang terus diperluas. “Apa yang dilakukan Pak Usup dengan KMAM adalah upaya meningkatkan kemandirian masyarakat pesisir Karawang dengan spirit berdikari,” ujarnya. (dudi rahman)
Komentar Terbaru