JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan butuh waktu untuk menemukan penyebab dari tumpahan minyak di Teluk Balikpapan yang berasal dari pipa milik PT Pertamina (Persero). Tim taktis sudah diterjunkan untuk melakukan investigasi untuk mencari penyebab utama dari tumpahan tersebut.
“Iya makanya sekarang semua pipa bawah tanah di sana sedang disurvei oleh penyelam. Ini pun ditemukan oleh penyelam. Dia perlu dua minggu untuk mensurvei semua, mana ini yang kira-kira sudah berkarat dan sebagainya,” kata Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM saat dtiemui di Gedung DPR/MPR Jakarta, Rabu (4/4).
Menurut Djoko, dalam standarisasi yang ada kondisi pipa harus selalu prima. Ada pengecekan berkala untuk memastikan kondisi pipa tersebut bisa digunakan dengan baik. Namun Ia menolak berspekulasi penyebab dari kebocoran pipa karena ada berbagai macam faktor, baik teknis maupun non teknis.
“Kami pigging (cek) namanya. Pigging itu akan mengetahui ketebalan pipa atau pipa yang sudah tipis atau belum. Sekarang kan belum dilihat kebocorannya kenapa. Karena pipa berkarat atau kena jangkar kan,” ungkap Djoko.
Dia menambahkan nantinya investigasi akan mencakup audit terhadap pelaksanaan pigging yang seharusnya dilakukan pemilik fasilitas pipa. Jika ada temuan yang mengindikasikan penurunan kualitas kemampuan pipa maka pipa-pipa tersebut harus melalui proses perawatan.
“Itu makanya aturannya setiap lima tahun sekali di pigging. Kami akan audit, dilakukan pemeriksaan tidak selama lima tahun sekali. Dicek yang belum dilakukan pigging, begitu kemudian yang sudah tipis diganti,” kata Djoko.
Pertamina sudah mengakui tumpahan minyak jenis Marine Fuel Oil (MFO) di perairan laut Teluk Balikpapan,Kalimantan Timur berasal dari pipa milik perusahaan.
Yudy Nugraha, Manager Komunikasi dan CSR Regional Kalimantan, mengatakan tumpahan minyak berasal dari pipa Pertamina ukuran 20 inchi ketebalan 12mm yang diputus oleh pihak tak dikenal.
“Kondisi pipa dalam keadaan putus. Ada faktor eksternal yang menyebabkannya,” kata Yudy dalam keterangan tertulisnya.
Dia mengungkapkan, berdasarkan hasil awal laboratorium menunjukkan properties terdekat adalah MFO, berdasar hasil analisa flash point-nya. Hal ini diduga karena fraksi ringan dari minyak mentah telah menguap karena pengaruh angin dan tercampur dengan air laut.
“Jumlah volume kebocoran dan kerugian masih dihitung,” kata Yudy.
Pertamina bersama masyarakat telah melakukan penanggulangan, yang berlangsung sejak Sabtu (31/3). Saat ini kondisi pantai sudah bersih dari tumpahan minyak.
“Kondisi pantai saat ini sudah bersih. Pertamina dan masyarakat bersama-sama melakukan pembersihan,” klaim Yudy.(RI)
Komentar Terbaru