JAKARTA – Harga keekonomian BBM jenis subsidi maupun non subsidi ternyata cukup jauh gapnya dengan harga yang ditetapkan saat ini.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan besarnya gap tersebut sangat membebani keuangan negara apalagi konsumsi BBM masyarakat terus meningkat seiring dengan pulihnya ekonomi pasca pandemi COVID-19.

Dia menjelaskan untuk BBM jenis solar dengan Catane (CN) 48 saja harganya keekonomiannya mencapai Rp17.600 per liter. Harga tersebut sangat jauh dari harga sekarang biosolar yang ditetapkan Rp5.150 per liter.

Kemudian untuk Pertalite harga saat ini ditetapkan Rp7.650 per liter tapi harga keeknomian jauh diatas 100%.

“Pertalite Rp17.200 per liter, untuk Pertamax Rp19.900 per liter,” kata Arifin saat diskusi bersama awak media, Jumat (26/8).

Pemerintah kini sedang menyiapkan skenario untuk bisa menahan konsumsi BBM agar tidak jebol atau terlampau jauh dari kuota, karena pemerintah perkirakan subsidi jika tidak ditahan bisa tembus hampir Rp700 triliun.

“Dulu asumsi APBN US$63 per barel, makanya harga keekonomian dan harga eceran diberlakukan JBKP dan JBT gapnya jauh. Ini yang terjadi. Dengan asumsi US$100 per barel, subsidinya aja Rp502 triliun. Kalau ini dibiarkan, bisa sampai Rp698 triliun (subsidinya),” jelas Arifin.