JAKARTA– PT Adaro Energy Tbk (ADRO), perusahaan energi terintegrasi dan produsen batubara terbesar kedua nasional, berencana melakukan penawaran perdana (initial public offering/IPO) saham PT Adaro Power, anak usaha perusahaan yang bergerak di sektor ketenagalistrikan. Garibaldi Thohir, Direktur Utama Adaro Energy, mengatakan untuk melepas sebagian saham ke publik, Adaro Power terus meningkatkan pengembangan pembangkit listrik hingga 20 gigwatt atau 20 ribu megawatt hingga 2030.
“Kami memang menyiapkan IPO untuk Adaro Power jika perusahaan sudah cukup besar dan cukup efisien. Ke depan, kapasitas pembangkit listrik yang akan dimiliki Adaro Power akan terus ditingkatkan hingga menjadi 20 gigawatt dengan total investasi US$ 40 miliar atau lebih dari Rp529 triliun,” ujar Garibaldi di Jakarta.
Menurut dia, kapasitas pembangkit 20 gigawatt dapat dilakukan melalui aksi organik maupun anorganik. Perseroan dapat mengakuisisi pembangkit yang telah ada (existing) dengan kepemilikan tidak harus mayoritas. Untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap, investasi yang diperlukan mencapai US$1,5 juta hingga US$2 juta setiap 1 MW.
“Rata-rata, pembangunan PLTU merogoh kas internal maksimum 20%. Sisa kebutuhan dana diperoleh dari pinjaman perbankan dengan pertimbangan mencari mitra dan operator yang kompeten,” katanya.
Garibaldi mengatakan, hingga saat ini Adaro Power baru memiliki pembangkit listrik berkapasitas 2.600 megawatt. Itu belum termasuk pembangkit yang siap dibangun, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang di Jawa Tengah berkapasitas 2X1.000 megawatt dengan total investasi US$ 4,6 miliar dengan pembiayaan mayoritas berasal dari pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Proyek tersebut digarap oleh perusahaan konsorsium PT Bhimasena Power Indonesia yang terdiri atas Electric Power Development Co., Ltd. (J-Power), PT Adaro Power (AP) – Itochu Corporation (Itochu).
Adaro Power juga saat ini tengah mengincar tiga proyek dalam proyek listrik 35 ribu MW, yaitu PLTU Tanjung di Kalimantan Selatan berkapasitas 2×100 MW, PLTU Jawa 1 berkapasitas 2×800 MW, dan PLTU Sumatra Selatan 9 dan 10 dengan kapasitas 2×600 MW. Investasi masing-masing senilai US$400 juta, US$3,5 miliar, dan US$2,5 miliar.
Menurut Garibaldi, pengembangan pembangkit listrik oleh swasta cukup prospektif. Apalagi, selama ini pengembang listrik di Tanah Air relatif masih sedikit. “Cikarang Listrindo juga berani untuk IPO. Padahal kapasitas pembangkitnya saat ini masih di bawah Adaro Power.
Dharma Djojonegoro, Wakil Direktur Utama Adaro Power, menambahkan Adaro Power saat ini membidik 14,2% dari pembangunan proyek pembangkit listrik yang direncanakan pemerintah sebesar 35.000 Megawatt. Target perseroan akan dibangun dalam waktu lima tahun.
David Tendian, Direktur Keuangan Adaro Energi, sebelumnya mengatakan dalam rentang 5 hingga 10 tahun ke depan, perseroan akan fokus untuk berbisnis di sektor pembangkit listrik. Sektor ini diproyeksikan dapat berkontribusi terhadap pendapatan perseroan lebih besar dari kontribusi saat ini. Selama ini, bisnis batu bara penyumbang pendapatan terbesar perseroan. “Kontribusi pendapatan non–mining meningkat 40% dibandingkan tahun sebelumnya yang 19%,” ujarnya. (DR)
Komentar Terbaru