JAKARTA – Pelaku usaha panas bumi yang tergabung dalam Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) menyatakan rencana pemerintah untuk ambil bagian dalam kegiatan eksplorasi panas bumi dinilai tidak serta merta bisa meningkatkan pemanfaatan panas bumi.
Prijandaru Effendi, Ketua API, mengungkapkan program government drilling memiliki cita-cita baik untuk mengurangi risiko yang biasa ditanggung pengembang panas bumi. Tapi jika hanya cara itu yang ditempuh maka strategi tersebut dinilai kurang tepat.
Salah satu tantangan utama yang nantinya akan timbul adalah dari sisi anggaran dana untuk melakukan pengeboran itu sendiri.
“Dengan tidak mengurangi rasa hormat, kalau sudah berhubungan dengan keuangan negara itu biasanya agak lambat,” kata Prijandaru dalam diskusi virtual, Jumat (21/5).
Menurut dia, jika niat pemerintah mau mempercepat pengembangan panas bumi maka ada cara lebih mudah adalah dengan mempercayakan seluruh kegiatan pengembangan panas bumi kepada pelaku usaha. Tapi syaratnya pemerintah juga harus adil membuat proyek panas bumi bisa terpenuhi secara keekonomian.
“Jangan semua pemeritah, kalau mau cepat ya badan usaha juga dilibatkan.Yang penting keekonomian, kalau sudah terepenuhi badan usaha pasti akan kerjakan dengan cepat,” ungkap Prijandaru.
Harris, Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM, mengungkapkan ada target jangka pendek pada 2025 dengan kapasitas Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) mencapai 3.246 Megawatt (MW). “Dan target ini artinya kalau kita bandingkan dengan 2020 berarti kita perlu nambah sekitar 1.116 MW lagi,” kata Harris.
Untuk mengejar target itu, Harris mengungkapkan ada program khusus panas bumi dilakukan lewat beberapa pendekatan seperti government driling. Intinya program bertujuan untuk perbaiki kualitas data panas bumi khususnya terkait tahapan eksplorasi sehingga risiko panas bumi bisa dikurangi.
“Karena nantinya government driling ini sampai pada penyiapan stream hole dua di setiap WKP plus satu standard hole. Dengan adanya program tersebut diharapkan nanti tentunya risk proyek panas bumi turun dan diharapkan harga listrik yang ditawarkan pengembang itu bisa lebih rendah, syukur-syukur bisa single digit di bahwa US$10 sen,” kata Harris.(RI)
Komentar Terbaru