JAKARTA – Kehadiran program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) Pertamina Hulu Indonesia (PHI) diwajibkan memiliki manfaat nyata dari sisi ekonomi maupun lingkungan di sekitar area operasi. Ini jadi ruh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya.
Chalid Said Salim Direktur Utama PHI, mengungkapkan PHI jalankan program TJSL sebagai wujud komitmen perusaahaan pembangunan berkelanjutan untuk manfaat ekojomi sosial lingkungan dengan prinsip terintegrasi terarah terukur. “Dan dapat dipertanggungjawabkan,” kata Chalid dalam diskusi virtual bertajuk Strategi dan Upaya Industri Hulu Migas Dalam Membangun Kemandirian Masyarakat Menuju Pembangunan Berkelanjutan, Rabu (22/9).
Ada dua program TJSL unggulan yang merepresentasikan komitmen perusahaan untuk turut serta ambil bagian dalam pembangunan berkelanjutan masyarakat. Dua program tersebut dijalankan oleh dua anak usaha PHI yakni Pertamina Hulu Mahakam dengan program Petani Maju 4.0 serta ada program Budidaya Lalat Hitam (Bulatih) oleh Pertamina Huku Kalimantan Timur (PHKT).
Keduanya juga dijagokan untuk bisa mendulang Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun ini.
Agus Amperianto, General Menager zona 8 atau PHM, menjelaskan manajemen dalam menjalankan program petani maju 4.0 diawali dengan riset secara mendalam tentang masalah yang dihadapi oleh masyarakat sekitar operasi. “Riset pemetaan masalah program sudah berdasarkan masalah dan potensi,” ungkap Agus.
Dia menegaskan inovasi teknologi ditekankan dalam program petani maju 4.0 baik saat proses tanam maupun paska tanam. Paling terlihat adalah dalam proses penanaman PHM memberikan edukasi terhadap petani tentang pentingnya penggunaan bahan-bahan organik. ini tidak hanya bermanfaat bagi hasil tanamnya tapi juga bagi lingkungan.
Sementara untuk kegiatan paska panen, PHM juga membuka mata masyarakat tentang pentingnya untuk melibatkan teknologi. “Kami buat aplikasi Tanam Digital, ini yang dimau pemuda di sana ada digitalisasi dalam pertanian,” ujar Agus.
Sementara itu, Ram Krisna General Manager zona 10 atau PHKT, menjelaskan Bulatih merupakan respon perusahaan terhadap keresahan warga terhadap kondisi kebersihan di calon ibu kota baru Penajam Paser Utara (PPU).
“Di sisi lain pengembangbiakan lalat hitam untuk memproduksi maggot dari sampah organik bisa berikan nilai ekonomi bagi masyarakat juga khususnya para peternak ayam dan lele,” jelas Ram.
Sudharto, Ketua Dewan Pertimbangan Proper, menuturkan dua program TJSL yang dilakukan PHI harus bisa memberikan dampak nyata di tengah masyarakat. Ujungnya kata dia adalah keberadaan perusahaan yang bisa mengurangi beban masyarakat.
“Kalau perusahaan dengan Community development mampu ciptakan lapangan pekerjaan, CSR itu sudah mampu wujudkan lapangan pekerjaan sehingga bisa kurangi beban,” ujar dia.
Komentar Terbaru