JAKARTA – PT Chevron Pacific Indonesia belum juga melanjutkan pengembangan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) lantaran tengah mencari mitra baru. Tak hanya itu, Chevron ternyata juga tengah mengkaji untuk tidak lagi menjadi operator di proyek IDD. Sonitha Poernomo, Manager Corporate Communication Chevron, mengatakan Chevron merupakan perusahaan global yang memiliki aset tersebar di seluruh dunia. Manajemen pusat menilai proyek IDD tidak masuk secara keekonomian (menguntungkan) global Chevron.
“Kami harus masukkan portofolio global. Nah dari segi keekonomian, tidak masuk dalam keekonomian Chevron secara global,” kata Sonitha saat ditemui di Gedung DPR Jakarta, Senin malam (20/1).
Dia menuturkan sudah mendapatkan persetujuan dari pemerintah dalam hal ini Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) untuk membuka data proyek IDD dalam usaha pencarian mitra baru sekaligus evaluasi terhadap posisi Chevron di IDD.
“Iya (belum tentu jadi operator), itu yang sedang didiskusikan sekarang itu, mengevaluasi siapa yang menjadi operator.
Ya (kurang menarik) secara keekonomian IDD. Kami sudah dapat izin dari SKK Migas untuk membuka data room dan mencari participant yang dapat kerja sama dengan pemerintah saat ini sehingga dapat produksi dengan baik. Saat ini belum ada keputusan akhir siapa yang akan mengelola IDD. Kalau nanti sudah terealisasi, maka akan kami sampaikan,” ungkap Sonitha.
Proyek IDD sebenarnya terdiri dari beberapa blok migas. Proyek IDD yang dikerjakan Chevron kali ini merupakan IDD tahap kedua dengan kepemilikan hak partisipasi pada proyek IDD Gendalo-Gehem sebesar 63%. Sisanya, dikuasai mitra usaha seperti Eni, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan Mitra Muara Bakau.
Proyek yang terdiri atas lapangan gas pada wilayah kerja eksplorasi Rapak dan Ganal di Selat Makassar tersebut telah dilakukan pembahasan mengenai keekonomian sejak 2008, namun sempat terhenti beberapa kali. IDD tahap pertama telah rampung dan berproduksi sejak Agustus 2016, yakni Lapangan Bangka.
Pengembangan Gendalo-Gehem termasuk pengembangan dua hub terpisah masing-masing memiliki FPU, pusat pengeboran bawah laut, jaringan pipa gas alam dan kondensat, serta fasilitas penerimaan di darat. Rencananya gas alam hasil produksi dari proyek IDD akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor dalam bentuk gas alam cair.
Estimasi produksi puncak proyek ini mencapai 844 juta kaki kubik per hari (mmscfd) serta produksi minyak sebesar 27 ribu barel per hari (bph). SKK Migas menargetkan proyek rampung atau onstream pada kuartal IV 2026 dengan kebutuhan biaya mencapai US$6.98 miliar.(RI)
Why no English
Site says dunia energy that means world
In English you give news to everyone not just Indonesians