JAKARTA – Kebakaran besar telah menghanguskan empat tangki besar penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) milik PT Pertamina (Persero) di kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/3). Kebakaran menyebabkan ratusan warga sekitar lokasi kilang terluka.
Yusri Usman, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), mengatakan Refinery Unit (RU) VI Balongan atau Kilang Balongan merupakan kilang keenam dari tujuh kilang Direktorat Pengolahan Pertamina. RU VI Balongan yang mulai beroperasi sejak 1994 memiliki wilayah operasi di Balongan, Mundu dan Salam Darma.
Menurut Yusri, kegiatan bisnis utama kilang adalah mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi produk-produk BBM, non BBM dan petrokimia. Bahan baku yang diolah di Kilang Balongan adalah minyak mentah Duri dan Minas yang berasal dari Provinsi Riau.
“Isunya, kebakaran empat tangki yang berisi produk BBM berupa gasoline dikarenakan sambaran petir. Itu agak sangat tidak masuk akal karena harusnya sudah menyiapkan fasilitas anti petir di kilang dan tangki BBM dan minyak mentah. Dan selalu ada petugas yang melakukan inspeksi secara berkala secara rutin di lapangan,” ungkap Yusri.
Dia mempertanyakan, jika kebakaran dipicu sambaran petir, mengapa hanya terjadi di satu cluster dengan empat tangki besar penyimpanan produk kilang yang habis ludes terbakar. Sedangkan fasilitas yang lainnya tidak ada masalah sama sekali.
“Jangan-jangan ada masalah dengan sistem pipa dengan tangki di klaster r itu. Ada kebocoran tetapi tidak terdeteksi oleh alat dan petugas HSE di lapangan, sehingga adanya petir menyambar minyak yang mengakibat kebocoran di sistem pipa di klaster itu menyebabkan kebakaran besar. Karena ada informasi dari masyarakat setempat bahwa setengah jam sebelum meledak dan terbakar, mereka mencium bau bensin,” ungkap Yusri.
Selain itu, kata Yusri, sembari menunggu tim investigasi dari Pertamina dan Tim Puslafor Mabes Polri yang bisa menelisik faktor penyebabnya, tentu hal lain yang menjadi pertanyaan publik disini adalah berapa besar kerugian Pertamina dari terbakarnya stok cadangan dalam empat tangki besar tersebut.
“Berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh PT KPI (Kilang Pertamina Internasional) untuk membangun 4 tangki timbun besar yang baru? Bagaimana dengan nasib korban masyarakat yang telah menjadi korban? Dan bagaimana SOP HSE di kilang pertamina serta tanggung jawab Dirut Pertamina perlu dipertanyakan,” kata Yusri.(RA)
Kalo memang masalah dari pipa, sederhana saja pertanyaan saya Yakin itu Pipanya sudah memenuhi Standart TKDN ?