JAKARTA – PT Pertamina (Persero) masih mengkaji kelanjutan kerja sama dengan China Petroleum Corporation (CPC) Taiwan untuk pengembangan proyek petrokimia.
Basuki Trikora, Direktur Pemasaran Corporate Pertamina, mengatakan ada dua opsi fasilitas yang akan diintegrasikan dengan rencana pengembangan petrokimia. Belum tentu proyek dengan CPC akan diintegrasikan dengan Kilang TPPI yang sudah diserahkan ke Pertamina.
“Lokasinya (belum), antara TPPI dan Balongan lagi dievaluasi,” kata Basuki di Jakarta, Rabu (24/10).
Pertamina sebelumnya telah menandatangani framework agreement dengan CPC Taiwan untuk mengembangkan komplek industri petrokimia berskala besar dengan nilai investasi US$6,49 miliar atau sekitar Rp97,35 triliun di Indonesia.
Proyek tersebut diharapkan mulai beroperasi pada 2026 dengan skema joint venture antara Pertamina, CPC Taiwan, dan beberapa mitra hilir potensial lainnya.
Pabrik naphtha cracker diharapkan akan memproduksi paling sedikit satu juta ton ethylene per tahun dan membangun unit hilir yang akan memproduksi produk turunan kilang lainya untuk memenuhi kebutuhan industri.
Pertamina juga akan segera mendapatkan hak pengelolaan lebih besar dari atas kilang milik PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban.
Pemerintah dan Pertamina sepakat untuk segera merestrukturisasi permasalahan utang piutang yang membelit TPPI, sehingga perusahaan yang mengoperasikan kilang petrokimia tersebut dapat beroperasi kembali dengan optimal. Setelah restrukturisasi Pertamina sudah menyatakan minat untuk menjadikan TPPI sebagai sentral petrokimia nasional.
Beberapa produk turunan yang bisa dihasikan TPPI antara lain antara lain paraxylene, orthoxylene, benzene, dan toluene.(RI)
Komentar Terbaru